Reza Rahadian memaknai
Hari Film Nasional yang jatuh pada 30 Maret sebagai momen yang tepat dalam
merayakan keberagaman film Indonesia. Reza
Rahadian menjelaskan pangsa pasar film indonesia yang
meningkat menandakan momentum kebangkitan film nasional. Peningkatan
tersebut menunjukkan kenaikan minat masyarakat Indonesia terhadap film lokal yang
tentunya tak lepas dari film yang berkualitas. Para pekerja film seperti para
pemeran, sutradara, penulis skenario, para kru, editor, dan produser,
menurutnya perlu mendapat apresiasi tinggi, sebab telah bekerja keras untuk
menjaga dan meningkatkan kualitas film Indonesia.
Indonesia
menempati posisi ke-8 di dunia sebagai negara dengan pangsa pasar film nasional
yang cukup baik. Film Indonesia terbukti mampu meraih penghargaan
tingkat internasional dan mengalami peningkatan pangsa pasar film lokal.
Banyaknya film Indonesia yang telah diproduksi menjadi sebuah citra dari
keberagaman Indonesia, mulai dari lokasi syuting, adegan, ide cerita hingga
bahasa dalam dialog pengadeganannya. Banyak sineas film Indonesia yang
mengambil setting penggambaran
keelokan tanah air, luasnya nusantara, tradisi lokal dan makanan khas Indonesia.
Contohnya dari film Laskar
Pelangi yang memperlihatkan dengan
keindahan Pulau Belitung, pantai, hutan serta pasar-pasar
tradisional mendadak ramai pengunjung setelah filmnya sukses mencuri perhatian
masyarakat. Bahkan dibuka trip travel dengan nama wisata Laskar Pelangi untuk
para wisatawan. Film yang tembus box
office Indonesia peringkat ke-4 dengan 4,7 juta penonton ini mendapatkan
penghargaan Asian Film Awards, Hong Kong dalam kategori Best Film dan Best
Editor. Film
tersebut merupakan karya kolaborasi produser Mira Lesmana dan sutradara Riri Riza.
Diproduksi oleh sineas
yang sama, tahun 2016 film Ada Apa Dengan Cinta (AADC) 2 yang merupakan sekuel
dari AADC tahun 2008, menampilkan wisata-wisata menarik yang ada di Yogyakarta.
Film yang menduduki peringkat ke-6 film box
office Indonesia dengan total 3.6 juta penonton ini melakukan banyak adegan
di tempat wisata seperti Punthuk Setumbu, Istana Ratu Boko, Pantai Parangtritis, juga wisata sejarah Makam
Panembahan Senopati. Tahun 2012 melalui film 5 CM, berhasil menggaet anak muda
yang tertarik naik gunung dan melihat langsung panorama Gunung Semeru yang
menakjubkan. Dalam film tersebut menggambarkan keindahan Oro-oro Ombo, Ranu
Kumbolo dan Ranu Pane. 5 CM mendapatkan banyak penghargaan nasional, salah
satunya dari Festival Film Bandung (FFB) 2013 kategori Film Terpuji.
Nominasi Film Panjang Terbaik
Festival Film Indonesia (FFI) 2018 diramaikan berbagai film yang
merepresentasikan budaya di wilayah Indonesia. Film Marlina Si Pembunuh Dalam
Empat Babak yang rilis tahun 2017 menyuguhkan eksotisme padang Sabana di daerah
Sumba, Nusa Tenggara Timur. Film tersebut sukses mendapatkan banyak penghargaan
nasional maupun internasional, dua diantaranya ialah sebagai Film Terbaik Asian
Nest Wave dari The QCinema Film Festival, Filipina dan pemenang Fim Terbaik di
FFI 2018. Tayang tahun 2018, Film Aruna dan Lidahnya menyoroti kehidupan
masyarakat Pontianak dan singkawang di Kalimantan Barat. Film yang mendapat
penghargaan Sinematografi Terbaik di
Festival
Film Asia Jogja-NETPAC berhasil menggiurkan lidah penonton dengan memamerkan 21
makanan lokal khas Indonesia. Lima diantaranya yaitu rawon iga,
kacang kowa, campor lorjuk, pengkang dan choi pan.
Nominasi FFI 2018 lainnya
jatuh pada Film Sekala Niskala yang pernah menyabet kemenangan dalam nominasi
Grand Prize di Tokyo FILMeX International Film Festival 2017, dilatarbelakangi
dari tradisi kepercayaan masyarakat Bali dan menggunakan bahasa penduduk pulau
Dewata. Kemudian dari pemenang Film Terbaik pada FFI 2016, film Athirah mengisahkan
drama keluarga Indonesia yang mengangkat budaya Bugis Makassar yang memikat.
Keterlibatan ciri khas
Indonesia dan keindahan alamnya yang dihadirkan pada film-film tersebut menjadi
sebuah citra keberagaman Indonesia. Sebuah film tidak sekedar berbicara
mengenai bagaimana estetika filmnya, atau bercerita melalui genre komedi,
drama, horor ataupun action. Sebuah film dengan apapun genrenya, dapat mewakili
karakter suatu bangsa. Film dengan kekuatan sinematografi dapat memperkenalkan keberagaman
yang dimiliki Indonesia melalui tempat wisata, kekayaan kuliner, dan
bahasa-bahasa daerah. Film Indonesia dapat mempromosikan dan mengangkat pariwisata
sebuah daerah. Secara tidak langsung penonton film dapat menikmati jelajah
keindahan nusantara. Karenanya, esensi film lebih dari sekedar menghibur dan
mengedukasi. Mari mengapresiasi film-film lokal dengan menonton langsung di
bioskop-bioskop kesayanganmu.
Selamat Hari Film Nasional, 30 Maret
2019. Jaya Perfilman Indonesia!
menarik banget buat dibaca
BalasHapussearchengineland