Senin, 23 Oktober 2017

Curhatan 8 Bulan


Disini aku bener-bener mau curhat tentang aktivitas dan kesibukan selama 6 bulan terakhir ini. Tahun 2017 ini buatku super-super menakjubkan banget. Berawal dari diberi kesempatan bisa menyusun Tugas Akhir sehingga bisa lulus tepat waktu, bisa pulang kampung akhirnya ke Kalimantan untuk yang pertama kalinya, bisa traveling ke Bali dan yang paling bahagia akhirnya wisuda yeay. Tetapi karena hidup itu gak hanya tentang bahagia atau sedih, qodarullah dikasih cobaan penyakit yang cukup serius. Dari semua itu aku bersyukur mendapatkan banyak pelajaran, dan hal-hal positif lainnya,

Aku belajar untuk menghargai sebuah proses selama menyusun Tugas Akhir. Seperti yang sudah kutulis di potingan sebelumnya, aku mengalami kesuksesan yang tertunda saat udah rampung sampai bab 3, tapi harus mulai lagi semuanya dari awal. Jadi penelitian awal aku itu dulu tentang gaya manajemen konflik driver online sama angkutan konvensional. Dan letak gagalnya karena manajemen driver online pada gak terima untuk dijadiin objek penelitian. Awalnya sempet terpuruk, karena seminar proposal tinggal dua minggu lagi. Cari studi kasus, variabel urus surat penelitian itu bukan proses yang cepet dan mudah. Sedangkan teman-teman seperjuanku sudah sampai mau sampai bab 3 saat itu. Udah tuh, pasrah aja sama Allah. Aku keluar dari zona stres dan enjoy aja menikmati kumpul-kumpul sama banyak temen,

Sampai akhirnya di kopi darat Komunitas Blogger, aku dapet saran dari seseorang yang namanya sudah kutulis di postingan sebelumnya, untuk meneliti kampanye 'Yuk nabung Saham' dari Bursa Efek Indonesia (BEI) yang banyak orang meragukan kesuksesan kampanyenya. Disinilah aku belajar untuk menghargai proses. Aku memulai sebuah penelitian yang baru lagi, tapi karena sudah belajar dari penelitian sebelumnya. Aku jadi lebih tahu siasat apa saja yang perlu dikerjakan dengan cepat. Allah memudahkanku melalui bantuan teman tersebut untuk memahami penelitianku, memberi kontak orang BEI dan channel untuk responden. Jadi alhamdulillah aku bisa mengejak ketertinggalanku.

Aku belajar menerima saran dan kritikan apapun dari orang lain. Pasti pernah temen-temen meminta saran atau solusi dari teman atau kerabat, tapi rupanya saran atau solusi dari malah bikin kamu tambah down. Bukannya membangun dan jadi semangat. Jujur dua-tiga minggu pertama nyusun, aku masih belum sepenuhnya paham. Esensi dari penelitian itu apa. Waktu matkul riset atau metodologi penelitian, aku cuma ya ngikutin aja apa kata dosen. Disuruh ngerjain kuis yang begitu, yaudah kerjain. Tanpa bener-bener paham penelitian itu gimana sih. Jadi aku konsultasi ke beberapa kakak tingkat dan orang-orang yang sekiranya bisa memberi solusi. Dan man, disinilah aku belajar menerima dengan bijak apapun yang orang lain katakan kepada kita. Entah kita gatau apa yang ada di hati orang lain, tapi yang pasti kita hanya perlu mengambil yang positif dan yang baik aja buat kita. Kita hanya perlu membuat apa yang orang lain bilang itu menjadi boomerang buat kita untuk tetap maju dan semangat dalam berprogres lebih baik lagi. Sekalian mau ngucapin nih jazakumullah khairan katsiran buat Grup whatsapp Dewan Penasehat TA shofia, Kak Isna, Kak Ervi, Kak Wahyu, Kak Nazar yang udah bimbing aku sampe alhamdulillah udah dapet gelar A.Md

Aku juga belajar untuk terus mensyukuri nikmat Allah dan percaya pada janji Allah bahwa Inna ma'al yusri, yusron. Dulu setelah sempro, ada yang nanya "Sop lu nyusun sampe stres gini masih bisa main-main gak sih. Jalan-jalan gitu sampe luar kota." Guys, Allah itu udah janji kok dibalik kesusahan pasti ada kemudahan. Inna ma'al yusri, yusron. Bukan sama ya kaya peribahasa bersakit-sakit dulu, bersenang-senang kemudian. Dibalik kesulitan yang Allah uji buat kita, sebenernya itu Allah juga kasih kemudahan buat kita. Hanya saja kadang kita kurang menyadarinya. Alhamdulillah, waktu itu berapa hari sebelum sempro di awal Mei, banyak tuh tanggal merahnya. Jadi berjuang sebelum sempro aku diberi kesempatan buat jalan-jalan ke Bandung ikut sama tempat kerjanya Ibu. Terus setelah sempro memasuki bulan ramadhan, lagi-lagi Allah kasih aku waktu buat refreshing lagi. Aku bisa menikmati bulan puasa di Semarang, tengokin adik yang kuliah disana. 

Nikmat Allah gak akan pernah ada habisnya, menjelang sidang akhir karena waktunya lebaran, aku diberi kesempatan lagi sama Allah buat libur lebaran sama keluarga besar ke Kalimantan. Traveling dari Kalimantan Selatan sampai Kalimantan Tengah. Disela-sela seminggu sebelum sidang aku bisa jalan-jalan keluar pulau buatku itu wasyukurillah banget. Terlebih setelah sidang, angkatanku harus mengikuti KKL (Kuliah Kaya Liburan) hehe alias Kuliah Kerja Lapangan di Bali. YaAllah bahagianya tak terkira setelah semuanya selesai, Allah kasih hadiah lagi bisa traveling ke Pulau Dewata itu. Apalah aku mah, selama ini aku jalan-jalan paling kemana sih. Gak pernah sampai keluar pulau gini. Alhamdulillah wasyukurillah yaRabb




Setelah Yudisium dan menunggu hari wisuda alhamdulillah dapet amanah buat bantu-bantu di tempat kerja Ibu. Jobdecs utamanya yaa yang pasti sesuai dengan kapasitasku sebagai seorang lulusan Humas. Mengelola website, perencanaan sosial media, lmeliput kegiatan dll. Tapi yaa namanya juga hidup, kita gabisa memaksain buat selalu melakukan pekerjaan yang sesuai passion kita. Awalnya ngerasa gak betah karena hampir dua minggu aku diminta mengerjakan sesuatu yang sebelumnya staff lain kerjain. Dan pekerjaan itu terkadang membuatku jenuh ka. Beda ketika aku mulai berkutat dengan laptop mengatur konten website atau pengaturan sosial media misalnya, 

Akan tetapi dari itulah aku belajar bahwa yaa apapun alasannya, kita gak bisa menentukan dimana dan jadi apa kita akan bekerja. Ya gapapa jika kita belum melakukan hal yang sesuai passion kita. Gapapa jika pekerjaan yang saat ini kita kerjakan belum sesuai dengan apa yang kita impikan. Semua hanya tentang proses, lagi-lagi aku belajar untuk menghargai proses. Untuk mengawali karir itu memang biasanya dari bawah, untuk mengasah bakat dan kemampuan bekerja. Gak heran kalau banyak perusahaan yang memberi syarat minimal satu-dua tahun pengalaman kerja. Kita masih punya banyak waktu untuk coba mendapatkan apa yang kita inginkan. Tentunya diiringi dengan memperdalam kemampuan kita bisa yang menjadi nilai jual di sebuah tempat kerja. Alhamdulillah sekarang pure jadi Admin Media aja, nantikan website sekolah buatanku yaaa netijen wkwkwk



Salah satu bentuk rezeki Allah kepada kita, dikelilingi kita dengan orang-orang baik. 

Aku bersyukur dikelilingi orang baik yang aku sayang dan menyayangi aku. Wisuda tahun 2017 ialah acara yang paling dinanti-nantikan dari masuk kuliah tahun 2014. Seperti kebahagiaan orang-orang diwisuda lainnya. Keluarga dan teman-teman turut hadir di hari bersejarahku ini. Temen-temen yang susah payah dateng ke sampe nyasar-nyasar. Temen-temen rela bolos kelas dan izin PKLnya buat jadi pelengkap bahagiaku. Ohiya awalnya sempet sedih adik-adiku yang di Semarang dan di Pesantren gak bisa hadir, karena berbagai alasan. Namun ternyata rencana Allah emang selalu indah. Secara mendadak Alhamdulillah akhirnya kedua adikku bisa ikut meriahkan hari bahagiaku. Eh tunggu deh, lama-lama berasa anak SD yang lagi cerita tentang liburannya ke rumah nenek terus bahagia ketemu sanak saudaranya :'D

Sumber Kebahagiaanku
Teman seperjuangan dari awal masuk kuliah 

Abaikan perbedaan foto geng kanan dan kiri 
Dan seperti yang kukatakan di awal tadi bahwa hidup itu gak hanya tentang bahagia atau sedih. Tapi juga tentang belajar sabar dan ikhlas dalam menghadapi ujian berupa sakit. Baru dua hari bekerja setelah diwisuda, aku diuji dengan sakit perut yang tak kunjung sembuh sampai seminggu lebih. Setelah dibawa ke RS, aku baru tahu ternyata aku mengidap penyakit usus buntu dan satu penyakit lagi yang gak bisa aku ceritain disini. Dua hari rawat jalan di RS, setelah dari dokter bedah sore itu, aku langsung mendapatkan tindakan masuk UGD. Dan malamnya aku langsung dioperasi selama satu jam dan dua jam pemulihan akibat bius total. Dari sakit ini aku belajar, betapa indah nikmat sehat yang selama ini Allah kasih. Dan dari sakit ini juga aku belajar bahwa masih banyak hal yang harus dilakuin sebelum semuanya berakhir. Sebelum kesempatan hidup di dunia ini berakhir. 

Kuasa Allah perintahkan malaikat Izrail itu gak bisa kita minta tunda. Sebelum masuk ruang operasi aku disuruh ganti dengan pakaian operasi yang mana harus melepas semua yang kita pakai. (Kecuali hijab ya, soalnya tetep wajib menutup aurat). Waktu di suruh suster buat ganti dengan baju operasi warna ijo yang cuma sampe dengkul, hati terasa tertampar abis-abisan. Just like, nanti kalo nafas ini terhenti. Kita juga gabakal pakai apa-apa lagi selain kain kafan yang menutupi seluruh tubuh kita. Kita udah gak bisa bawa apa2 lagi, pun dengan baju yang biasanya kita pakai. Oleh karena itu aku makin sadar dan yakin, kita hidup di dunia ini bener2 Allah perintahkan untuk mengumpulkan amal baik sebanyak-banyaknya. Sebab yaa cuma itu yang akan menemani kita di kubur sampai nantinya dibangkitkan. Setelah dioperasi aku merasa dilahirkan kembali. Belajar berbicara dengan lancar, belajar miring kan dan kiri, belajar duduk, belajar berdiri tegak dan belajar jalan dengan lancar. Meski begitu alhamdulillah aku sangat bersyukur operasiku bisa berjalan dengan lancar, walaupun memerlukan lama waktu pemulihannya. Dukungan dan doa dari temen-temen jadi semangat buatku untuk segera pulih kembali. 

Dalam menjalani hidup aku selalu punya ketakutan-ketakutan yang membuat aku termotivasi biar gak jadi kenyataan. Seperti apa yang dibilang Keenan Pearce dalam web seriesnya:
Setiap manusia harus punya shark di belakangnya, not big that it would eat you. But not too small to keep you steady. It's big enough to keep you running. Setiap orang hidup harus cemas, harus sering bertanya. Itu yang bakal bikin diri kita bergerak untuk meniadakan kecemasan itu. Dan mewujudkan apa yang kita lakukan.
Saat SMA, ketakutan terbesarku adalah gak keterima di PTN dan kuliah di swasta. Ini no offense sih ya sama orang-orang yang kuliah di swasta. Tapi ya namanya juga target. Dan Alhamdulillah Allah mewujudkan keinginanku dan orangtua. Menjelang semester 4, aku takut banget kalau saja nanti semester 6 belum bisa nyusun Tugas Akhir. And again, Allah menyelamatkan ketakutanku. Dan sekarang di tahun yang akan menjelang usia 22 ini, aku takut kalo aku lama bisa nikahnya. Gaperlu aku kasih tau berapa temenku yang sudah nikah bahkan punya anak. Hmm apalagi nanti umur udah 25. Mungkin temenku ada yang udah punya anak kedua. Kata orang sih, nikah itu sama kaya lulus. Bisa lulus tepat waktu atau lulus tepat pada waktunya. Well seperti apa yang orang-orang bilang. Jodoh pasti bertamu, tergantung dengan seberapa jauh usaha kita menjemputnya. Ini semua tentang seberapa besar usaha kita untuk belajar bersabar dan berjuang meningkatkan kualitas diri. 

Tapi aku gamau jadi kaya yang temenku bilang kalo perempuan jaman now, selalu saja merasa baper karena belum lulus kuliah mungkin, iri temen-temen udah nikah mungkin, atau belum dapet pekerjaan mungkin. Oh men, hidup ini bukan buat cepet-cepetan lo lulus kuliah, lo punya pekerjaan, lo punya anak. Umur 21 pokonya harus lulus kuliah, cepet punya kerja, nikah lalu punya anak. Hidup itu bukan sekedar perlombaan dalam memasuki jenjang-jenjang kehidupan. Life is learning and giving the best. And the best isn't always the fastest. Banyak hal yang perlu disiapin untuk menempuh jenjang-jenjang tersebut. Abis lulus kuliah, kebanyakan dari kita ingin kerja sesuai dengan passion kita, sesuai dengan jurusan yang kita ambil. Menurutku menentukan ingin kerja di perusahaan mana, dengan posisi sebagai apa, mempersiapkan CV dan wawancara pekerjaan itu perlu dipersiapkan dengan baik dan dari jauh-jauh hari. (Kalau perlu sebelum wisuda). Aku punya teman kuliah dulu saat deadline pengumpulan berkas sidang, dia ijin buat interview di suatu perusahaan. Gercep sekali bung. Dan alhamdulillah dia pun diterima di perusahaan tersebut.

Itu kalo urusan pekerjaan, wabil khusus tentang menikah itu gabisa dipersiapkan barang berapa hari saja. Felix Siaw mempersiapkan diri untuk menikah 3 tahun dari umur 18 sampai 21. Menurut aku sih segala hal tentang menikah dan berumahtangga itu gak bisa secepat kilat kita kuasain, lalu berburu calon. Enggak, itu gak bisa. Pas umurku 19, 20 aku sadar sih selama itu aku cuma ngebet nikah doang. Berdo'a-berdoa aja tanpa usaha yang jelas. Semenjak umur 21 aku mulai realistis, 'ohya untuk menikah kayanya aku gak bisa ujug-ujug nih'. Terlebih waktu itu kaya aku belum ngerti apa-apa. Padahal aku pernah baca setidaknya ada lima hal yang perlu dipersiapkan pengetahuan, ruhiyah, jasmani, finance, belajar bersosialisasi dengan banyak orang. Sejauh mana pengetahuan kita tentang pernikahan yang sakinah mawadah wa rahmah? bagaimana kualitas dan kuantitas ibadah kita? Kalau kita mudah sakit dan kurang memperhatikan kesehatan kita sendiri, bagaimana nanti kita menjaga kesehatan anak dan suami kita? Bagaimana mengatur keuangan agar kebutuhan tetap tercukupi tapi tidak dengan mengeluarkan uang terlalu banyak? dan bagaimana kita bisa rukun dengan calon mertua, ipar, keluarga besar jika dengan lingkungan terdekat saja kita tidak bisa bersosialisasi. Aku entah sadarnya kapan selama ini kayanya cuma ngebet2 buat nikah aja tanpa usaha yang jelas, sekarang aku gamau waktu terbuang sia-sia. Keinginan yang besar untuk menikah harus diimplementasikan dengan suatu persiapan yang mendetail, yang bila diasah terus akan sangat bermanfaat saat berumah tangga nanti.

Dan disaat kita sibuk mengejar jenjang-jenjang kehidupan yang kita impikan, rupanya banyak hal yang bisa di explore deeply, tapi sayangnya luput dari perhatian kita. Contohnya hal apa itu? Terlihat sepele tapi penuh arti bagi orang lain: Kebermanfaatan. Tentunya bermanfaat dalam hal kebaikan ya. Such as in the hadist said: sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni). Mumpung masih muda, coba tanya sama diri sendiri *ngaca*. Seberapa manfaatnya kehadiranmu di rumah, di kampus, di lingkungan masyarakat. Apa yang udah kamu persembahkan buat negara dan agamamu? 

Memperdalam passion juga jadi hal yang perlu dilakukan secara continuous, sebelum jadi istri sholehah and the perfect parents, all of us have to learn and prepare many thingsBut it doesn't mean after marriage kita gak bisa mewujudkan impian dengan passion ya. Disaat kita mulai menjadi orangtua, seluruh kehidupan yang kita jalanin, akan sepenuhnya didedikasikan untuk anak. Ah kan udah ngomongin anak-anakan. Aku takut sok tau kalo ngomongin hal-hal tentang anak.

Udah ah, kayanya aku udah terlalu jauh ngomongin hal-hal yang bukan kapasitasku haha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar