Tangerang, 17 Januari 2018
Assalamu'alaikum guys.
Sekarang waktu menunjukkan pukul 12.30 AM.
Aku belum bisa tidur, abis baca-baca comment di salah satu video di you
tube. Sebenernya udah dari minggu lalu aku mau bahas ini. Tapi karena belum nemu waktu dan mood yang pas aja
buat nulis lagi. So guys, let's say tulisanku ini adalah bentuk keresahan dari
pendapat public figure mengenai kasus fenomenal dari komika Ge Pamungkas dan
Joshua Suherman. Buat kalian yang kenal You Tube atau Instagramnya si
influencer ini pasti udah tau hehe.
Ge
Pamungkas
Pertama
aku akan bahas satu-satu dulu. Aku pribadi dari awal of course emang gak setuju
dengan cara lawakan kedua komika ini. Pertama karena membawa isu SARA. Kedua sebagai umat muslim, aku melihat
mereka dengan jelas memperolok dan merendahkan agama Islam. Untuk soal
Ge, yang di bilang "Allah SWT memberi cobaan kepada hamba-hamba yang di
cintai. CINTAI APAAN!" Dari kalimat ini yang aku tangkep jelas Ge
menafikkan takdir bahwa Allah akan memberikan ujian atau cobaan sebagai bentuk
kasih sayang Allah kepada hambaNya. As a
moslem, jelas aku akan beropini dengan kacamata islam. Bukan, bukan aku seorang yang tidak open minded. Tapi
untuk kadar open minded- perihal agama atau yang menyangkut dengan aqidah, itu
tidak bisa di toleransi lagi. Apalagi dengan dalih 'ah sebetulnya juga mereka
tidak bermaksud menyinggung kok'. Oke aku paham mungkin apa yang sudah di
katakan Ge berasal dari keresahan dia, tapi apakah worth it membawa takdir
Allah, mempersoalkan perihal Jakarta banjir sebagai materi lawakan? Think
about it. However untuk alasan apapun, agama bukanlah untuk di bercandakan.
Commen yang aku temukan di Youtube |
Joshua
Suherman
Kemudian
mengenai Jo, yang bingung mengapa nama Annisa kebanyakan lebih 'terjual', terkenal
dan lebih-lebih lainnya di bidang Che atau cherly, menurutku itu adalah
pemikiran yang sempit. Terlepas dari dia
membahas yang seharusnya bukan ranah dia ya. Untuk mengagumi atau memuji
seseorang, apakah terlebih dahulu kita melihat dia mayakini agama mayoritas
atau minoritas? Contohnya Youtuber-Youtuber non muslim banyak kok yang di puja
dan di banggakan. Perihal agama mereka tidak menjadi tolak ukur untuk kita
menilai seberapa bagus karya mereka.
Commen yang aku temukan di Youtube |
Kalau misalnya apa yang di katakan Jo
ialah benar, barang kali mungkin Youtuber yang sudah mendapatkan lebih dari 1
juta subscriber itu berdasarkan bagian dari mayoritas. Tapi faktanya engga gitu
kan? Chandra Liaw, Raditya Dika, Arief Muhammad, Reza Arap, atau Kevin Hendrawan
dan lain-lain. Pencapaian mereka-
yang tak lepas dari pengaruh ketertarikan kita mungkin. Itu pasti bukan di
pengaruhi oleh agama kan? Toh film koh Ernest Prakasa juga makin banyak
yang nonton. Bukan karena dia seorang non muslim, lantas film nya tidak banyak
di tonton oleh masyakarat. So buatku, dari pemikiran Jo sendiri salah besar,
seakan menyalahkan atau menyudutkan agama islam. Padahal mah kesuksesan setiap
orang, tergantung masing-masing orang aja. Yegak? Hehe
At
least aku berharap para komika, maupun public influencer manapun bisa lebih
berhati-hati dalam bersuara dan bersikap. Ini tentu menjadi reminderku juga karena ekspetasi orang berbeda-beda. Maka
dari itu perlu sebuah kehati-hatian. Of course gak semua orang bisa fair dengan
apa yang kita ucap dan perbuat. Tapi kembali lagi sebagai jati diri kita
sebagai muslim, apakah hal itu sudah benar? Apakah dalam Islam wajar apa yang
sudah di katakan kedua komika ini?
Lanjut ke postingan berikutnya ya guys.
Setuju sama tulisan ini (y) ..
BalasHapusEntah karena ga ada pembahasan lagi atau memang ada tujuan tertentu.
Sebaiknya orang sekelas mereka lebih 'Peka' dengan pembahasan yang terbilang 'Sensitif'.
Lebih bisa membedakan mana wilayahnya dan mana bukan wilayahnya.
Semoga kedepannya bisa menjadi pembelajaran buat komika-komika yang lainnya. Aamiin
Amiin yaAllah semoga kita juga bisa lebih baik lagi dalam menyikap fenomena2 yang ada
BalasHapus