Tampilkan postingan dengan label Ilmu Komunikasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ilmu Komunikasi. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 01 September 2018


Halo berjumpa lagi di blognya anak public relations. Setelah postingan sebelumnya saya bahas perihal pentingnya bidang kerja social media specialist dan apa aja jobdescnya. Di postingan kali ini saya akan menjabarkan apa aja hal-hal yang perlu diperhatikan jika menjadi social media officer. Sebagai pembukaan sedikit saya akan jabarkan mengenai pekerjaan saya. Awal September nanti alhamdulillah saya genap setahun bekerja bagian admin media sosial di sebuah yayasan pendidikan. Dan apa yang saya tulis disini tak lain adalah berdasarkan pengalaman dan riset kecil terhadap bidang pekerja media sosial. Seperti yang sudah saya jelaskan di dua episode sebelumnya, hal tersebutlah yang saya lakukan selama ini. Tidak hanya sekedar upload konten di media sosial kemudian di evaluasi. Namun ada beberapa hal yang tidak boleh luput dari perhatian. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1.  Buat to do list atau jadwal Pengelolaan Media Sosial setiap harinya. Dari mulai mau mengecek email, facebook, atau repost instagram, menganalisis sikap audience hingga memperhatikan kompetitor kita. Berikut saya berikan contoh agenda kerja saya setiap harinya. Kalau saya sendiri dimulai dari membuat atau mempersiapkan konten yang akan dipublish besok atau hari itu. Kemudian pada pukul 9 pagi, jadwalnya mengapload konten dan mengecek semua sosial media, termasuk email yang paling krusial. Kemudian pada siang hari dianjurkan untuk mengecek ulang semua media sosial dan memberikan tanggapan terhadap semua respon yang masuk. Kemudian pada sore hari mengevaluasi atau mengkaji ulang terhadap statistik kunjungan hari ini. Dan sebelum pulang kantor usakan menjadwalkan postingan otomatis untuk keesokan harinya. Untuk menjadwalkan postingan di berbagai media sosial, saya rekomendasi untuk menggunakan Hootsuite .
2. Pelajari dengan baik profile audience kita. Memahami dengan baik latar belakang audience membantu bagaimana kita mengatur (gaya bahasa) di sosial media. Sentuhan yang kita berikan pun bisa disesuaikan berdasarkan field of experience yang dimiliki target sasaran kita. Maka menjadi penting untuk kita meriset background dan kesukaan audience. Misalnya follower pada media sosial anda kebanyakan adalah anak muda dengan usia kisaran 18 sampai 23 tahun, maka bahasanya pun juga harus menyesuaikan. Pun dengan tetap sesuai dengan konteks produk atau jasa yang perusahaan tonjolkan.
3. Merancang konten dari jauh-jauh hari. Pekerja media sosial harus tahu konten yang perlu di publikasikan beberapa minggu bahkan beberapa bulan ke depan. Maka konten sudah harus dibuat, jauh sebelum waktunya akan di post. Contoh konten-konten yang disiapkan ini seperti memperingati peristiwa penting kemerdekaan dan hari keagamaan. Termasuk pula di dalamnya agenda organisasi atau perusahaan yang akan dateng.
4. Menjadwalkan waktu mengapload konten di sosial media. Adalah hal yang cukup penting menentukan waktu mengupload di media sosial. Jangan sampai kita mengupload konten pada waktu-waktu dimana audience kita jarang atau sedikit sekali yang online. Seperti contohnya mengapload di malam hari jam 12. Pada umunya orang akan melihat media sosial di pagi hari sekitar jam 9an. Berdasarkan pengalaman saya juga, jam 1 sampai jam 3 siang termasuk waktu terbaik untuk upload. Dan tidak disarankan mengupload pada pukul 5 sore sampai malam hari. 
5. Menjaga komunikasi dengan audience. Menjaga hubungan dengan follower kita, tak lepas dari komentar pro dan kontranya. Tentu sebagai admin, perlu memiliki sifat ramah dan bijak dalam menangani sesuatu. Termasuk dalam menghadapi komplain costumer. Sehingga perlu adanya kemampuan komunikasi yang baik. Yang perlu digaris bawah ialah komentar haters berbeda tipis dengan komentar kontra. Tergantung susbtansi dan tujuannya. Jika ada komentar yang komplain dengan menjelaskan alasan ketidakpuasan terhadap jasa atau produknya, maka menurut saya komentar itu perlu dibalas dengan mengedukasi publik. Yap balik lagi public relations is about how we educated public. Namun jika ada komentar yang mengandung unsur fitnah dan provokasi, maka komentar tersebut perlu dihapus. Guna meminimalisir adanya prasangka buruk audience lain terhadap perusahaan.

Oke, sekiranya episode ini menjadi bagian terakhir tulisan saya mengenai social media specialist.  Sampai jumpa serial Public Relations selanjutnya.

Jumat, 17 Agustus 2018


Berdasarkan apa yang saya posting sebelumnya mengenai definisi dan pentingnya bagian pekerjaan social media specialist. Pada postingan kali ini, saya akan bahas apa saja tanggungjawab pada bidang pekerjaan ini. Sebelumnya masuk pada materi tersebut, saya akan bahas rumpun pengetahuan yang menghasilkan bidang pekerjaan ini. Jadi pada umumnya, pekerjaan ini mengutamakan pelamar dari lulusan sarjana atau diploma dari jurusan ilmu komunikasi seperti program studi public relations, marketing communication dan advertising communication.

Meskipun banyak perusahaan yang mempersilahkan untuk freshgraduates atau pendidikan akhir SMA, namun pelamar juga dibatasi oleh persyaratan minimal satu tahun pengalaman dalam bidang terkait. Oke, balik lagi. Kenapa lebih mengutamakan jurusan dari rumpun ilmu komunikasi. Sebab dalam memegang tanggungjawab media sosial, sama artinya dengan mengedukasi publik melalui media sosial.

Berikut tanggung jawab Social Media Specialist atau Social Media Officers (SMO):
  1. Mengupdate sosial media dengan konten yang sesuai dengan tren terbaru. Publik akan menaruh perhatian lebih jika konten yang dihasilkan mengikuti tren yang sedang marak diperbincangkan. Dalam pemberian kontennya pun harus ada valuenya. Tidak hanya sekedar mempromosikan produk atau jasa perusahaan. Namun harus ada sesuatu yang informatif, inspiratif dan edukatif.
  2. Bertanggungjawab penuh atas konten yang diciptakan. Mulai dari mengumpulkan bahan konten yang ingin di publikasikan, menjadwalkan konten yang akan di unggah, mengubah atau mengevaluasi konten yang sudah diupload. Buat saya pekerjaan ini termasuk ke dalam golongan yang menggunakan fungsi manajemen. Sehingga konten yang publik lihat di media sosial tidak hanya sekedar konten untuk menyebarkan pesan semata. Namun secara kontinyu direncanakan, dipersiapkan dan dievaluasi terhadap setiap pergerakannya. 
  3. Membangun hubungan baik dengan audience. Seperti yang sudah kita pahami bahwa media sosial adalah media paling mudah untuk mencangkup dan merangkul banyak audience dalam waktu yang singkat. Social media specialist harus mendengarkan, merespon komentar audience dengan ramah dan membantu mereka bila ada masalah. Balik lagi tujuannya adalah mengedukasi publik. Bagaimana kita memberi pemahaman kepada mereka, dan membantu menyelesaikan kendala yang dihadapinya. 
  4. Meningkatkan advocacy brand melalui word of mouth marketing. Inilah yang bisa kita andalkan jika kita sudah memiliki costumer yang sudah puas dan berlangganan dengan kita. Konsepnya dalam hal public relations begini, kita harus membuat pelanggan menceritakan kepada orang lain tentang betapa worth it nya produk atau jasa perusahaan kita. Menandakan bagaimana kita harus memperlakukan costumer dengan baik. Untuk kemudian perusahaan menjadi produk atau jasa yang direkomendasikan. 
  5. Monitoring terhadap kompetitor atau pesaing. Hal ini sangat perlu dilakukan. Jadi pesaing adalah sekelompok atau organisasi yang memiliki pasar yang sama dengan kita. Misalnya Gojek, kompetitornya berarti Grab. Pesaingnya Indomaret yaitu Alfamart. Manfaat dari memerhatikan perkembangan pesaing ialah menjadi bahan evaluasi kita dalam berkerja. 
  6. Evaluasi setiap project dan laporan hasil. Termasuk ke dalam step yang krusial yaitu evaluasi dan laporan output pergerakan kita di media sosial. Apalah perencanaan tanpa adanya evaluasi. Evaluasi berguna untuk meningkatkan kinerja menjadi lebih baik lagi.
Well temen-temen, sudah kebayang belum nih tugas dari Social media officers seperti apa. Silahkan isi komentar di bawah untuk menambahkan apa aja tanggung-jawab dari social media officers di suatu perusahaan atau organisasi. Masih ada lagi nih satu episode untuk serial social media specialist. Tunggu postingan selanjutnya yaa.

Selasa, 07 Agustus 2018


Di era millenial seperti sekarang, sebuah proses komunikasi berjalan sangat cepat. Tidak perlu dilakukan secara tatap muka, seorang komunikator dapat mengetahui feedback atau tanggapan dari komunikan. Hal tersebut tentu tidak akan terjadi, bila tidak adanya teknologi yang semakin canggih. Perkembangan teknologi komunikasi beserta implikasi dan outputnya membuat banyak institusi maupun individu terdorong untuk menjadi peserta media sosial.

Kita bisa artikan bahwa popularitas sebuah institusi sangat erat kaitannya dengan keberadaannya di media sosial. Kenapa? melalui media sosial, institusi dapat menjangkau khalayak luas dengan waktu yang singkat. Pun bisa mendapatkan feedback yang cepat dari audiencenya. Oleh karena itu dalam organisasi atau perusahaan sangat tinggi tingkat urgensinya dalam menyediakan bagian penanggungjawab social media. Atau yang sering disebut admin media sosial, social media officer, dan social media specialist. 

Unuk membangun brand image atau kesadaran audience akan brand, media sosial sangat bisa diandalkan. Berbagai platform seperti facebook, instagram dan youtube dapat membantu perusahaan. Mulai dari menyebarluaskan, merancang, menjadwalkan, memberikan tanggapan dan mengevaluasi pesan yang disampaikan kepada audience. Maka tidak sedikit yang mengandalkan media sosial untuk image building atau pencitraan

Namun berdasarkan definisinya, seperti apa bidang social media specialist ini?

Berdasarkan apa yang saya baca di situs qerja.com social media specialist adalah orang yang mengurus dan memantau perkembangan media sosial suatu perusahaan, ia bertanggung jawab terhadap performa akun sosial media dan juga mendongkrak brand atau image perusahaan tersebut.
 
Bisa dipahami bahwa jobdesc social media specialist ini diantaranya adalah merancang dan mengupload konten di berbagai platform media sosial, menanggapi audience dan mengevaluasi konten dan strategi penyebaran kontennya. Perlu diketahui bahwa dewasa ini tidak hanya sebuah organisasi yang memerlukan bidang kerja ini. Namun pejabat publik atau selebritis pun punya orang yang bertugas memegang media sosialnya. Lalu apa saja tanggungjawab dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan bidang media sosial ini? tunggu episode social media specialist selanjutnya.

Kamis, 12 April 2018


Selamat siang temen-temen. Apa kabar nih? Semoga selalu semangat terus yaa. Berdasarkan dua postingan sebelumnya, saya mau bahas sisi kehumasan yang ada di serial Drama The Publicist. Buat temen-temen yang belum baca review drama The Publicist buatan Viu Indonesia, yuk langsung di klik aja link disini yaa.

Tapi kita pendahuluan singkat dulu. Jadi The Publicist ini merupakan serial drama dari Viu Indonesia. Di sutradarai oleh Monty Tiwa dan dibintangi oleh Adipati Dolken, Prisia Nasution, Baim Wong, Poppy sovia dan Reza Nangin. Serial drama ini tayang di aplikasi Viu mulai November 2017. Drama ini menceritakan seorang Reynaldi (Adipati) aktor yang mengalami krisis kepercayaan publik karena tersandung skandal narkoba. Kemudian hadir seorang image consultant, Julia Tanjung (Prisia) yang diminta untuk membantu memperbaiki citra dan reputasi Reynaldi. Ada Robert Hanafi (Baim), pengusaha sukses sebagai teman lama Julia.  Well langsung aja saya akan review film ini berdasarkan sisi kehumasannya. Kalau dibikin jurnal atau karya ilmiah, mungkin judulnya gini 'Peran Humas Perbaiki Citra dalam Serial Drama Indonesia (Studi kasus Drama The Publicist dari VIU Indonesia).' Heheheh

1. Manfaatkan Digital Publicist.

Kata Mba Julia image building jaman sekarang itu erat kaitannnya dengan sosial media. Karena bagus untuk keberadaan di sosial media. Aneh sih disini Rey gak main sosial media sama sekali. Hampir gak realistis kalau seorang artis jaman now gak punya sosial media. Disini dijelaskan bahwa hal pertama yang harus dilakukan untuk memperbaiki citra ialah menggencarkan sosial media. Of course, all people now, social media adalah tempat terbaik untuk pencitraan.

Dalam penggunaannya pun disini konsultan Julia mengarahkan untuk menetapkan target sasaran berdasarkan karakteristik sifat yang sesuai. Media sosial dimanfaatkan tidak hanya menjelaskan siapa kita. Akan tetapi dapat dimanfaatkan untuk sarana edukasi. Untuk media pembelajaran. Saya pernah denger kata dosen saya, pekerjaan PR itu esensinya tentang mengedukasi publik. Sebab kalau untuk menciptakan citra positif semua orang juga bisa. Namun bagaimana yang dipublikasikan mengandung value-nya. Ada nilainya, jadi substasinya gak terkesan picisan. Seperti Rey yang mengunjungi tempat rehabilitas narkoba dan memberikan pencerahan serta motivasi kepada mereka. Kemudian asisten yang diminta Julia sebagai Digital Publicist untuk melakukan live streaming di akun instagramnya Rey.

2. Public Relations harus punya network yang luas

 Public Relations maupun image consultant harus punya banyak relasi. Meskipun fokusnya adalah mengembangkan dan mempertahankan mutu. Tapi bisa sia-sia kalau gak punya jaringan yang luas. Kalau menurut saya, soalnya humas itu bisa bekerja dalam industri atau bidang apapun. Jadi humas Bank minimal harus punya kenalan orang-orang yang berkecimpung dalam keuangan dan perbankan. Humas perfilman, harus punya jaringan Production House, sutradara dan aktor-aktor. Humas seorang aktor pun lebih luas lagi. Tidak hanya harus kenal orang-orang dalam industri entertaiment. Melainkan tahu pihak-pihak yang terlibat dalam dunia seni peran beserta isinya. Seperti Julia yang punya kenalan teater Lampu sebagai tempat unjuk bakat Rey sebagai aktor hebar.

3. Good media relations

Melibatkan media sangat penting dalam pembentukan citra. Seperti halnya Julia yang mengundang para wartawan dari berbagai media untuk memperlihatkan kehebatan Rey di teater setelah selesai dari rehabilitas. Tidak hanya pembuktian secara langsung, Julia pun memberikan penegasan bahwasanya Rey merupakan aktor dengan akting yang sungguh luar biasa. Tidak sekedar mengundang, dengan sopan secara lisan maupun tulisan, Julia juga menjamu media dengan makan malam yang telah dia sediakan. Guna menciptakan rasa nyaman media untuk melakukan wawancara lebih lanjut. Pasca acara tersebut Julia dengan team membaca pemberitaan yang berisi tentang Rey. Hal ini juga yang seorang humas lakukan yaitu, media monitoring. Untuk kemudian dianalisis dan dievaluasi apakah pemberitaan tersebut menimbulkan citra positif, negatif atau netral.

4. Make a good looking


Dalam hal apapun, kita semua paham kalau jika ingin menggapai hasil yang memuaskan maka pondasinya harus kuat dulu. Sama halnya dengan perspektif kehumasan, jika ingin publik seneng, tertarik sama produk atau jasa kita, kita harus bikin dulu kemasannya sebagus mungkin. Dalam hal ini kemasannya ialah penampilan Reynya. Julia merubah Rey agar lebih good looking. Julia merubah semua style Rey agar terlihat professional dan lebih kekinian. Professional image tentu sangat berpengaruh untuk membangun citra positif.

5. Image building bukan pembohongan publik

Meskipun seorang humas harus totalitas dalam pembentukan citra. Namun bukan sebuah pembenaran jika harus melakukan pembohongan kepada publik. Humas harus tetap bersikap jujur sekalipun harus mengakui kesalahan. Tapi jujurnya harus yang berkelas, dengan tidak menjatuhkan diri sendiri. Dalam drama ini, Javier asisten Rey melakukan pembohongan publik, yang mana Javier mengumumkan di social media kalau Rey adalah aktor pemain sebuah film bernama Java Raphsody. Padahal pada tahap itu, Rey masih masuk tahap mau audisi. Belum tentu lolos. Well, be honest is still number one. PR always striving to be absolute the best.

6. Press conference untuk klarifikasi

Press conference merupakan solusi paling awal jika perusahaan terkena masalah. Tentunya setelah planning yang matang, perusahaan harus segera buka pembicaraan di publik. Jika perusahaan menghindar, publik akan menilai perusahaan mengatasi konflik dengan gaya yang tidak kooperatif. Apapun situasinya PR perlu menciptakan situasi tenang, dan meredakan suasana konflik. Seperti yang dilakukan Julia, saat penangkapan Rey dari BNN yang kedua kalinya. Julia melakukan penolakan tuduhan narkoba serta memberikan pembuktian bahwa tuduhannya tidak valid.

Well yeah saya berasa lagi kuliah 3 SKS Manajemen Humas hahaha. Correct me if i wrong. Silahkan bila ada yang ingin menambahkan. Yang belum nonton, harus nonton banget kalau kalian tertarik mempelajari dunia kehumasan. Yaa minimal sampai episode delapanlah. Selebihnya konflik-konflik hubungan antar Rey, Julia sama Robert aja sih.

Oh iya postingan sebelumnya saya lupa kasih kekurangan dan kelebihan. Jadi kelebihannya buat saya, serial drama ini bagus banget dari sisi penokohan, alur dan sinematografi.  Kalau kekurangannya, saya bingung kenapa gak diceritain kemana keluarga Robert, Julia dan juga Rey. Cerita akan lebih lengkap dan terasa lebih realistis jika diceritakan sedikit secara historis perihal keluarga mereka. Soalnya Julia hanya menceritakan adeknya saja. Saya kasih nilai drama ini 8 dari 10. Terima kasih yang udah baca sampai habis wkwkwk. Sampai ketemu di postingan selanjutnyaa.

Jumat, 30 Maret 2018


Halo temen-temen. Berhubung hari ini tanggal 30 Maret, Hari Film Nasional. Saya pengen review sebuah serial drama, berjudul seperti poster diatas, The Publicist. Menurut saya drama ini menjadi wajah baru dalam rekam jejak serial drama, maupun perfilman Indonesia. Kalau kalian pernah denger aplikasi VIU. Viu merupakan sebuah layanan video-on-demand (Film/Drama Korea terbaru dll). Tidak dipungut biaya selama 30 hari pertama dan selebihnya dikenai biaya 30ribu per bulan, jika ingin melanjutkan. Jadi Serial ini dipublikasikan di aplikasi Viu, yang kalian bisa download di ponsel, maupun tablet. Temen-temen bisa nonton video-video di Viu secara online maupun offline.

Buat temen-temen yang sering nonton drama korea (drakor), The Publicist bisa menjadi pilihan drama Indonesia rasa Korea. Drama yang sering melibatkan antara konflik percintaan dengan dunia politik, kedokteran, jurnalistik dan lain sebagainya. Kalau kalian pernah nonton Pinocchio, drakor yang bertemakan dunia wartawan. The Publicist ini menurut saya sebelas dua belas sama Pinocchio.  The Publicist melibatkan ilmu kehumasannya. Serial drama ini di sutradarai oleh Monty Tiwa, sutradara yang cukup banyak men-direct film-film layar lebar. Seperti Sabtu Bersama Bapak, Critical Eleven, Mau jadi Apa? dan film yang akan tayang April nanti Reuni Z. Dibintangi oleh aktor pemenang FFI 2013, Adipati Dolken, Prisia Nasution, peraih Piala Citra FFI juga tahun 2011, Baim Wong, Poppy sovia dan Reza Nangin.

Serial drama ini tayang sebanyak 13 episode mulai 22 November 2017, setiap hari rabu dan kamis. Dimulai dengan kisah seorang Reynaldi (Adipati) aktor yang mengalami krisis reputasi karena tersandung skandal narkoba. Kemudian datang seorang image consultant muda, cantik dan professional, Julia Tanjung (Prisia Nasution) yang diminta untuk membantu memperbaiki citra dan reputasi Reynaldi. Agar ia bisa kembali berkarir di dunia hiburan. Kemudian ada Robert Hanafi (Baim Wong) sebagai teman lama Julia, pengusaha muda yang maju ke Pilkada untuk pemilihan walikota. Dari situasi yang seperti ini, kita bisa merasakan drama Indonesia rasa korea.

Jadi, saya akan review berdasarkan dua sisi. Sisi penilaian teknis film itu sendiri dan sisi konten cerita dalam kacamata dunia kehumasan. Disclaimer ini kacamata saya pribadi. Tidak maksud untuk menjatuhkan atau melebih-lebihkan. Berhubung saya bukan orang film, saya akan menilai apa adanya sebagai orang awam. Kurang lebihnya mohon ditambahkan yaa temen-temen.

1. Poster

Poster-poster The Publicist ini menampilkan wajah Prisia, Adipati dan Baim wong saja. Background posternya, tempat kerja Prisia atau hitam dengan nuansa lampu-lampu. Kalau dari segi poster, buat saya pribadi tidak langsung tertarik untuk menontonnya. Mungkin karena saya tipikalnya butuh waktu lama untuk akhirnya memutuskan untuk menonton atau membaca suatu karya. Jujur first impression waktu sering lihat iklan tentang serial ini, my reaction is flat. I don't know, just i don't have any reason to watching this drama. Menurut saya, poster yang ditampilkan tidak mencirikan  nuansa filmnya seperti apa. But perhaps this is they said 'dont judge by cover.' Rupanya dalemnya wow menarikkkk.

2. Trailer

Trailer The Publicity berdurasi satu menit. Gaya trailernya menurut saya sudah terbilang mirip dengan trailer drama korea lainnya. Sangat mirip dengan ala-ala drakor karena pengambilan lokasi syuting ini ada yang di Jepang. Trailer juga ada subtitle bahasa inggrisnya. Saya kurang paham sih pengaruh keberadaan subtitle inggris di trailer ini. Kalo dramanya memang menggunakan subtitle, tapi berbahasa indonesia. Secara keseluruhan, trailernya menurut saya menggambarkan 60% alur cerita. Julia Tanjung dicintai oleh dua orang yang sangat berbeda, Reynaldi, mantan pecandu narkoba dan Robert, sang pengusaha muda.

 

3. Original Soundtrack.

Saya pernah baca di suatu platform kalo lagu tema atau soundtrack yang baik yang bisa membingkai cerita atau menggambarkan tokoh utama dalam film. Soundtrack film ini yang akan menjadi brand image suatu film. Sehingga apabila orang mengingat lagu tersebut, akan mengingat pula filmnya. Soundtrack The Publicist ini. Monty Tiwa sendiri yang menciptakan liriknya. Diaransemen oleh Andi Rianto dan dinyanyikan oleh Marcell Siahaan berjudul Changing Lanes. Bila ada permintaan rate, soundtrack ini saya beri nilai 8/10. Alasannya, pertema tentu originalitas lagunya. Kedua, cukup mewakili alur ceritanya. Seorang junkie yang ingin kembali, merubah citra diri menjadi positif. Seperti halnya judulnya Changing Lane merubah jalur.



4. Pemeran atau penokohan

Buat saya karakter yang dimainkan disini sudah pas dan sesuai porsinya. Tidak ada yang kurang dan dilebih-lebihkan. Prisia mampu memerankan karakter pekerja tangguh dan image consultant yang professional. Pun Adipati Dolken sudah tidak bisa diragukan lagi aktingnya mendekati sempurna dalam memerankan karakter Rey. Tapi sepertinya saya cenderung menyukai karakter Robert yang di perankan Baim Wong- yang menurut saya sangat istimewa. Jadi Robert ini kan workaholic banget, tapi Robert juga bisa sweet dan lembut sama Julia. Yang bikin saya sakit hati, Robert business oriented banget. Kaku gitu. Kurang bisa membawa suasana menjadi menyenangkan. Tapi kalau Rey terlalu anak kecil sifatnya, kalo gak suka sama sesuatu langsung pergi gitu aja~ So, yeah karakter mereka kuat banget. Saya pernah denger penokohan dikatakan sukses, kalau berhasil membuat penonton cinta atau kesel banget sama peran yang dimainkan. Berarti menunjukan keberhasilan dalam berakting.

5. Konten Cerita

Jadi tema serial drama ini menurut saya merupakan gabungan dunia aktor dengan dunia kehumasan. Pada episode pertama kita disuguhi dengan lokasi syuting Rey, lalu ada casting film, syuting iklan, dan audisi teater. Meski menurut saya, sedikit lebih banyak unsur kehumasannya seperti keterlibatan pers pada saat wawancara, konferensi pers, media sosial dan citra dalam penampilan juga sikap. Opening dan alurnya drakor banget, maju mundur gitu. Klimaks atau konfliknya gak picisan kaya sinetron. Cukup gak bisa ditebak. Dengan adanya konflik masa lalu disini buat saya menjadi nilai plus kesamaan dengan drama korea.

6. Sinematografi

Cukup suka pengambilan gambarnya. Pergantian shoot per shootnya bagus. Apalagi pas scene Rey mabuk di jalanan, udah kelas drakor banget. Colour gradingya juga hidup. Yeah, you know sekelas Monty Tiwa udah gabisa diragukan lagi filmnya.

7. Scene dan dialog terbaik

Saya suka setiap scene Julia yang bareng sama Robert. Menggambarkan hubungan dua orang dewasa yang sangat profesional. Dialog terbaiknya "You're a great actor rey, you have to know that. Gak ada jumlah narkoba yang bisa hapus itu." In my perspective, it's like mau seburuk apapun masa lalu kelam kamu, yang namanya udah bakat, itu gak akan bisa tenggelam :')


Di hari film nasional ini, saya berharap yang terbaik untuk perfilman Indonesia. Semoga semakin banyak produksi film-film yang memiliki nilai-nilai positif dan edukasinya. Jadi tidak hanya sekedar menghibur saja. Apapun genre atau temanya, film bisa mewakili karakter bangsa Indonesia. Suatu film lahir bukan untuk tandingan film-film yang sudah ada. Melainkan menjadi perkembangan pencapaian film yang harus lebih baik lagi. Dan sebagai kacamata seorang muslim, saya berharap akan lebih banyak lagi produksi film yang punya nilai islami, meneruskan dakhwah rasulullah.

Last, jaya dan dukung terus perfiman Indonesia(:

Sabtu, 30 April 2016

Dewasa ini dunia Shofia semakin dalam bergulat dalam dunia kehumasan. Bikin press release, media publikasi, jadi panitia EO, pun bulan depan udah PKL. Acctualy terkadang masih tak menyangka jurusan yang sejak kelas 12 kuimpikan ternyata dapat kuraih lengkap dengan titel kampus negerinya. Meskipun sebelumnya harus nangis-nangis tumpah darah cari tempat kuliah karena tak kunjung keterima :’) Alhamdulilllah Allah maha mengabulkan do’a hambaNya bagi yang terus berjuang.

Dari dulu mau masuk ilmu komunikasi cuma karena suka ngomong, sama suka nulis. Dan karena ilmu komunikasi banyak cabangnya yaitu jurnalistik, broadcasting, dan humas, jadi kupikir aku lebih prefer ke humas. Aku tak pilih broadcasting, karena enggak mau jadi mba-mbak semacem cameramen, dan aku juga pilih jurnalistik, karena aku juga gasuka kerja jadi wartawan yang tiap hari dikejar deadline berita. Well Alhamdulillah Allah mentakdirkanku mengampu program studi Hubungan masyarakat yang mempunyai tugas untuk menciptakan pengertian kepada publiknya.

Masih banyak orang yang masih salah mengartikan definisi dan tujuan dari humas. Ketika berbicara mengenai pengertian humas, maka tak akan jauh-jauh dari yang namanya ‘hubungan’ dan ‘citra.’ Karena tujuan dan fungsi humas adalah menjaga hubungan dan mempertahankan citra positif dari publiknya. Mulai dari hubungan dengan publik internalnya itu sendiri yaitu anggota atau karyawan, pimpinan, stakeholder (pemangku kepentingan) sampai publik eksternalnya yaitu masyarakat, media, pemerintah, pesaing, pemasok, dan komunitas.  


Jadi pengertian Hubungan Masyarakat a.k.a Public Relations (PR) adalah seni untuk menciptakan pengertian public yang lebih baik, yang dapat mempertahankan kepercayaan public terhadap organisasinya dengan cara membina hubungan. 
Dengan tugas yang cukup berat dalam mempertahankan reputasi perusahaan, membantu perencanaan kelangsungan hidup suatu organisasi, dan menjaga hubungan dengan publik-publiknya yang punya berbagai kepentingan, seorang PR juga harus memiliki kriteria kualitas diri sebagai berikut:

1. Kemampuan bergaul atau membina relasi hubungan. Dalam kata lain PR harus mampu menghadapi orang dengan beraneka ragam karakter dengan baik . Point ini seakan memberikanku teguran. Aku harus mulai belajar menyesuaikan diri menghadapi berbagai macam karater orang apapun situasinya. Karena pekerjaan PR berhubungan dengan banyak pihak yang memiliki beragam kepentingan, jadi kemampuan membina hubungan sangat diperlukan. Jauh melebihi itu, kesabaran juga sangat dibutuhkan untuk mempertahankan hubungan.   Shofia yang karakternya sanguin-melankolis harus bisa menjadi seorang yang calm and dinamistic terhadap situasi apapun dan karakter publik apapun yang ditemui. Seorang praktisi professional PR tak boleh baper-bawa perasaan, melainkan baper-bawa perubahan :)

2. Mampu berkomunikasi dengan baik, menjelaskan segala sesuatu dengan lisan dan tulisan secara jelas dan lugas.  Selain melalui komunikasi lisan dan tulisan, PR juga mampu menjelaskan sesuatu dari komunikasi visual (melalui gambar diagram atau foto-foto). Dosen mengatakan bahwa pekerjaan PR dibutuhkan keterampilan menulis 70%, sedangkan 30%nya adalah keterampilan bentuk komunikasi lainnya. Hindari berbicara dengan cepat pada saat komunikasi lisan. Harus memakai pembendaharaan kata yang tepat agar komunikan mudah mengerti pesan yang dimaksud komunikator.
3. Pandai mengoorganisir segala sesuatu Praktisi PR .harus aktif dan cekatan dalam kerjanya, terlebih saat perusahaan atau organisasinya mengalami krisis. Posisi ideal seorang praktisi Humas adalah dibawah langsung top executive pihak manajemen atau CEO. PR tidak hanya mengurus media publikasi dan citra, namun menjaga kestabilisasi perusahaan, kinerja anggota, jalur komunikasi internal maupun eksternal perusahaan dan mengontrol progress masing-masing department. Jadi mungking ini salah satu jiwa kehumasan shofia, kadang cenderung penasaran sama progress divisi lain :D
4. Memiliki integritas personal baik profesi maupun kehidupan pribadi. Dari semua kriteria, menurut shofia kriteria ini yang paling canggih. Integritas atau kejujuran ini memang sangat penting. Dibutuhkan baik sebagai kita professional praktisi PR, maupun sebagai reputasi diri kita sendiri dalam kehidupan pribadi. Tidak boleh inkonsisten kalau soal kejujuran, apalagi menyangkut dunis profesi. Integritas kehidupan pribadi akan mencerminkan kualitas diri dalam dunia profesi.
5. Punya imajinatif dan daya kreatif yang tinggi. Kemampuan kreativitas dan imajinatif ini dibuktikan Humas dalam membuat jurnal internal dan media publikasi untuk perusahaan. Kemampuan imajinatif inilah yang akan memvisualisasikan keinginan verbal dan non verbal khalayak sasaran humas. Kreatifitas humas ini yang nanti akan memberikan solusi-solusi menarik agar perusahaan dapat keluar dari masa krisinya.
6. Kemampuan mencari tahu. PR dituntun untuk memiliki akses informasi yang seluas-luasnya. Pekerjaan PR tidak hanya menjadi humas dari perusahaan penjualan pada satu produk atau satu jasa. Dan keterlibatan humas dalam berurusan dengan pers, pemerintah dan pemegang saham menuntut humas harus pintar dalam mengetahui segala hal dan bidang.

Kriteria kualitas diri humas diatas  menjadi bahan pembelajaran untuk shofia pribadi, sudah seberapa pantaskah diri ini untuk berkiprah di dunia kehumasan. Semester 4 di D3 bukanlah usia yang dini dalam memasuki dan memahami dunia kehumasan. Semester 4 ini super amazing such as; revisi paper tugas dari februari yang gak di ACC terus sama dosen, sebelum UTS ada acara tangis-menangis dulu karena tiba-tiba bentrok sama deadline revisian, juga tak ketinggalan buat 4 tugas seminar dari mata kuliah yang berbeda bulan Mei nanti. Di semester 5 nanti yang udah mulai bikin laporan PKL dan persiapan semester akhir nanti membuatku tak ingin berhenti berjuang barang semenit saja. Shofia sedang berjuang dan benar-benar mengetuk pintu Allah agar diberi kesempatan buat nyusun Tugas Akhir di semester 6.   
Pejuang TA semester 6
Buat kamu-kamu calon praktisi Humas di luar sana, yuk kita analisis seberapa jauh jiwa kita sudah menyatu terpatri  dalam jiwa kehumasan. Ingat kita adalah anak Humas. Kita itu pelopor komunikasi, jangan sampai ada distorsi pesan, jangan sampai relasimu dengan publik mengalami keretakan. Ayo tingkatkan lagi kemampuan membina hubungan, kemampuan berkomunikasi, daya imajinatif, perbaiki integritas, aktif dan keep curiousity.  Mari kita tingkatkan lagi citra positif diri kita di mata Allah juga di mata publik. Bukankah tugas Humas salah satunya mempertahankan reputasi? :) 

Rabu, 13 April 2016

Perencanaan. Problematika yang sejak dulu terjadi dalam meraih sebuah tujuan salah satunya adalah tidak bisa ‘merencanakan rencana dengan baik’. Tentu semua orang sudah memiliki rencana yang pasti dalam meraih tujuan yang dituju. Namun tidak semua rencana yang sudah ia rancang dapat berjalan dengan baik. Salah satu penyebabnya adalah kurang memahami dengan baik situasi yang terjadi saat ini dan kedepannya. Penyebab lainnya adalah strategi atas rencananya kurang mendetail. Karenanya akan mendapatkan banyak ancaman yang berbahaya, jikalau kita tidak memikirkan apa saja peluang dan detail dari strategi yang sudah kita rencanakan.
Dalam bukunya PR Smith ‘Marketing Communications’ dijelaskan bahwa ‘SOSTAC can in fact be applied to any kind of plan- corporate, marketing, marketing communications, direct mail or even a personal plan.  
SOSTAC, adalah pendekatan sederhana untuk membangun sebuah perencanaan dengan baik yang diiringi oleh pemahaman situasi, tujuan, strategi, taktik dan monitoring.     
Sederhananya SOSTAC adalah sebuah trobosan perencanaan yang dapat diaplikasikan untuk perencanaan apapun. Perencanaan di perusahaan, pemasaran atau bisnis dan bahkan bisa diaplikasikan pada rencanca pribadi kita untuk masa depan, misalnya. Sebut saja ini tips and trick dalam membuat rencana dengan baik.

sumber
        S – Situation Analysis (where are we now?)
Pada elemen situasi analisis ini kita diajak untuk menganalisa keadaan yang terjadi saat ini dan nanti. Dalam membuat perencanaan langkah paling awal adalah memahami situasi. Pada point ini biasanya dalam perencanaan dibutuhkan pengkategorian pihak-pihak yang terlibat. (Siapa pesaingnya, siapa channel distributornya). Selain itu juga dibutuhkan analisis SWOTnya, (kelebihan dan kelemahan pada produk serta kesempatan atau ancaman yang relevan produk atau organisasi tersebut. Situasi analisis ini dapat disesuaikan berdasarkan kasus yang terjadi pada perusahaan atau rekam jejak seseorang. Misalnya kita adalah seorang penjual, dengan sedemikian kelebihan dan sekian kelemahan.         
        O ­– Objective (where do we want to go?)  
Pada point selanjutnya adalah adalah tujuan atau target seperti apa yang ingin kita capai. Kemana arah yang ingin tuju. Hal ini disesuaikan berdasarkan kasus atau organisasi dan perusahaan tersebut. Misalnya jika kita adalah seorang penjual, kita ingin pelanggan banyak yang membeli produk kita sehingga kita akan mendapat banyak keuntungan.
      S ­– Strategy (how do we get there?)
Strategi adalah langkah umum untuk mencapai tujuan kita. Mengambil contoh sebelumnya; agar pelanggan kita banyak berarti kita harus memuaskan pelanggan kita.
      T­ – Tactics (the details of strategy).
Kemudian ada taktik sebagai detail dari strategy atau langkah-langkah rinci dalam mencapai tujuan. Taktik dalam marketing communications merencanakan daftar apa yang akan terjadi dan berapa lama (penetapan deadline atau jangka waktu). Contoh melanjutkan point sebelumnya adalah, cara untuk memuaskan pelanggan adalah dengan memperbagus kualitas barang dan memperbanyak bonus pembelian.
      A ­– Action (putting the plans to work)
Aksi ini merupakan tindakan nyata dari taktik yang sudah kita rencanakan. Pada aksi inilah implementasinya
       C ­– Control (measurements, monitoring, reviewing and modifying)
Pada poin ini kita akan memonitoring apa yang yang sudah kita lakukan pada rencana kita. Pada bagian ini juga akan ada evaluating jika ada hal yang tidak sesuai. Dan contoh mengakhiri dari point sebelumnya adalah, kita harus menjaga hubungan dengan baik agar pelanggan tetap mengkonsumsi produk dari kita.
Perencanaan merupakan proses yang interaktif. Dan menurut para ahli yang sudah menggunakan trobosan perencanaan SOSTAC ini berpendapat bahwa SOSTAC adalah pendekatan paling bagus dan efektif untuk siapapun yang ingin berkembang maju dan lebih baik. Bahkan teori perencanaan SOSTAC ini sudah dicoba Marketing Director  dari Microsoft UK.  
Buat kamu-kamu yang punya rencana untuk tujuaapapun; rencana sederhana apalagi rencana besar, SOSTAC bisa jadi solusi yang ampuh. Jadi trobosan seperti apalagi yang bisa ‘merencanakan rencana dengan baik’ selain SOSTAC? :) 

sumber: Smith, PR, 1998, Marketing Communications London: Kogan Page