Selasa, 12 Desember 2017

Krisis Umur 20 Tahunan

Oleh: Shofiyah Najiyah
Kalian pernah gak merasa hidup kalian stuck gitu-gitu aja?
Pernah gak bingung ini hidup mau gue jalanin gimana sih? Cemburu melihat teman-teman sudah pada menikah bahkan punya anak, Merasa hidup orang lain lebih sukses lebih beruntung daripada hidup kita
Akhir-akhir ini gue memikirkan banyak hal. Saking banyaknya gue sampe bingung hal mana yang akan gue tuang dalam bentuk tulisan. Apparently i realize gue orang yang cukup ambisius untuk mewujudkan tujuan gue. Kalau udah passionate sama sesuatu kadang gue sampe lupa sama sewaktu. Tapi disisi lain gue nanya sama diri gue sendiri apa hidup yang gue jalanin ini udah sesuai dengan apa yang gue inginkan. Entahlah. Pun gue ngerasa masih setengah-setengah terhadap hal yang gue passionate into. Gue jadi merasa terdistraksi mana hal penting yang harusnya dilakukan dengan tekun dan mana hal yang perlu gue pelajarin di lain waktu. Iyap, intinya gue bingung sama hidup gue sendiri.

Berawal dari gue ngerasa hidup gue gini-gini aja, gak seseru hidup orang lain. Gue merasa bakat gue susah banget diasah dengan sempurna kaya orang-orang. Gak tau kenapa gue juga akhir-akhir ini semakin menemukan alasan kalau gue butuh banget pendamping hidup. Rupanya gue kalo ngiri sama orang gak setengah-setengah. Gue selalu ngiri sama hidup orang yang berkualitas banget dengan keaktifan dia di organisasi, bakat dia yang menjadikan nilai jual dia di perusahaan, dan keberuntungan orang-orang yang dengan cepat mendapatkan jodohnya. Bahkan gue iri dengan orang-orang sehat yang hidupnya selalu diisi dengan kesibukan yang bermanfaat (berkaca pada faktor fisik setelah operasi). Padahal gue juga sadar sih, dengan diam di rumah kita juga bisa menghasilkan karya dan bermanfaat kok buat orang lain.

By the way, dibandingkan blogwalking gue lebih suka youtube walking sih (hehe maksain ya). Mayoritas yang gue kepoin terus blognya, ialah orang yang lebih dulu youtubenya gue pantengin. Sebut saja itu Vina yang menceritakan kegalauannya di Youtube saat menginjak usia 25 tahun. Kemudian di deskripsi boxnya dia cantumin link blognya. Gue menemukan sebagian besar kemiripan yang ada di kegalauan ini. Gue baru tahu kalo kegalauan itu normal setelah gue ngobrol sama orang-orang yang lebih tua dari gue dan mengalami krisis tersebut.

Krisis kegalauan itu dinamakan Quarter Life Crisis. Menurut beberapa situs yang gue baca, krisis ini hanya dialami oleh orang berusia 20-an yang masih terjebak dalam dunia remaja namun umur telah "memaksa" mereka untuk masuk ke dunia orang dewasa. Krisis ini datangnya perlahan-lahan dan tanpa kita sadari telah terjebak di dalam Quarter Life Crisis dan bahkan tak tahu harus berbuat apa. Setelah gue pikir-pikir kegaluan itu normal banget, karena sedang masa peralihan dari masa remaja yang menggebu-gebu menuju masa dewasa 25 tahun ke atas.

Gue menemukan kenalan gue yang sebut saja Ikhsan, yang merasa depresi lantaran waktu pengerjaan skripsinya yang tak kunjung usai di usia 24 tahun. Sementara itu teman-temannya sudah pada memasuki jenjang kehidupan berikutnya yaitu bekerja, menikah dan punya anak. Okay, gue setuju memang hidup ini bukan hanya tentang lulus kuliah segera, menikah dengan pasangan idaman lalu punya anak yang lucu. But somehow lingkungan sekitar yang memaksa kita untuk menjalankan step hidup itu. Like we don't have any choise except that circle of life. Lalu karena depresi berat, progres hidupnya semakin stagnan. Mungkin bukan hanya sebagai orang yang iri, sebagian orang tambah depresi bahkan lantaran ditinggal nikah. Oke, gue sepakat ini hanya soal waktu. Kelak lo juga akan menikah kok. 

Meskipun gue udah 22 tahun, gue merasa bahwa hidup gue penuh dengan kebohongan. Setelah gue tanya pada lubuk hati yang paling dalam, at least bukan hidup yang seperti ini yang gue mau. Entahlah apakah gue terlihat seperti sedang memakai topeng menutupi apa yang sebenarnya gue inginkan. Tapi gue baru sadar akan satu hal, mungkin gue jadi begini karena gue terlalu dimanjakan dengan zona nyaman sehingga gue enggan keluar area yang padahal itu kunci untuk mendapatkan hidup yang gue inginkan. Mungkin bukan hanya gue yang merasa terlalu dimanjakan dengan hal yang sifatnya konsumtif, hingga abai dalam meraih hidup yang berkualitas. Mungkin bukan hanya gue yang kurang belajar dan doa sampai gue tak seberuntung hidup orang lain. Setiap orang memang punya tujuan dalam hidupnya, tapi tidak sedikit orang yang tidak fokus terhadap tujuan hidupnya. Banyak orang (termasuk gue) yang menggunakan istilah gabut lalu mencari hal-hal hiburan yang kurang bermanfaat. Padahal kalau kita evaluasi tujuan hidup kita, kita akan sadar kalo banyak banget hal yang perlu dikerjain. Banyak hal yang lebih deserve kita perhatikan, ketimbang kita lari cari hiburan demi menghilangkan kegabutan.

Pada akhirnya memang proses itu gak selamanya 'nyaman'. Tapi karena proses itulah kita bisa ada di posisi nyaman dengan hidup berkualitas dan membuat kita jadi lebih kuat dari sebelumnya. Yeah, we've to spririt buat mencapai tujuan kita masing-masing. Kadang yang membuat kita kurang beryukur itu karena terlalu banyak melihat ke atas, dan lupa bahwa masih banyak orang-orang yang nasibnya kurang beruntung. Lately i also talk too much with my frieds at university, and she said kalau gue gak boleh galau karena hidup yang gue jalanin sekarang. Sebab sesungguhnya gue punya kelebihan-kelebihan yang sebetulnya juga bisa dijadiin uang, hidup gue cukup beruntung karena lulus D3 tepat waktu, lalu langsung kerja, kemudian tahun depan bisa lanjut kuliah S1 kelas karyawan sambil kerja.

Gue sadar sih, kayanya emang kurang muhasabah aja. Gue mau naik level dalam kehidupan, tapi usaha gue belum sebanding dengan tujuan gue. Harusnya gue gak perlu iri dan sedih lihat achievement hidup orang lain. Melainkan mendorong agar gak pernah bosen untuk belajar. Bukan cuman keburuntungan dan modal nekad yang bikin seseorang bisa terus naik standar hidupnya, tapi ilmu yang dimiliki oleh seseorang juga akan sangat membantu mereka untuk naik lebih tinggi lagi. Kata blog yang gue baca, jangan terlalu sering bandingin hidup kita dengan hidup orang lain. Melainkan bandingin diri kita yang sekarang dengan diri kita misal setahun yang lalu. Pasti udah banyak kan  pencapaiannya. Ya memang harus seperti itu sih, biar kita fokus aja sama kelebihan dan pencapaian kita, hingga lupa dengan kekurangan kita. Dan gue juga sadar sih, keirian gue dengan hidup orang lain sama aja kurang mengapresiasi perjuangan dia untuk ada di posisi yang sekarang. (mana kita tahu rintangan apa yang dia lewatin untuk jadi yang sekarang ini).

Hehe katakanlah itu semua sekelibat keluhan dan kegalauan gue akhir-akhir ini. Tetapi mungkin kalian yang baca sudah melewati ini atau sedang merasakan kaya gue juga, yuk kita beranjak dari titik ini. Mari buat hidup kita lebih berkualitas dan lebih produktif. Kalau kata temen gue, sebaik-baiknya penantian ialah yang menambah dan mengasah keterampilan, hehehe. Lain kalo kata bapake, hadapi hidup dengan al-qur'an- yang setiap kali gue nanya saran, acap kali bapake cuma jawab ' baca aja al-waqiah' kalo gue nanya lagi- 'yaudah tambah sama al-mulk'. :))) emang sejatinya Al-Quran yang bisa menaikkan derajat hidup seseorang.

Hemat kata, gak perlu kebanyakan mikir, yuk jadi yang lebih baik lagi :)

2 komentar: