Sabtu, 30 April 2016

Dewasa ini dunia Shofia semakin dalam bergulat dalam dunia kehumasan. Bikin press release, media publikasi, jadi panitia EO, pun bulan depan udah PKL. Acctualy terkadang masih tak menyangka jurusan yang sejak kelas 12 kuimpikan ternyata dapat kuraih lengkap dengan titel kampus negerinya. Meskipun sebelumnya harus nangis-nangis tumpah darah cari tempat kuliah karena tak kunjung keterima :’) Alhamdulilllah Allah maha mengabulkan do’a hambaNya bagi yang terus berjuang.

Dari dulu mau masuk ilmu komunikasi cuma karena suka ngomong, sama suka nulis. Dan karena ilmu komunikasi banyak cabangnya yaitu jurnalistik, broadcasting, dan humas, jadi kupikir aku lebih prefer ke humas. Aku tak pilih broadcasting, karena enggak mau jadi mba-mbak semacem cameramen, dan aku juga pilih jurnalistik, karena aku juga gasuka kerja jadi wartawan yang tiap hari dikejar deadline berita. Well Alhamdulillah Allah mentakdirkanku mengampu program studi Hubungan masyarakat yang mempunyai tugas untuk menciptakan pengertian kepada publiknya.

Masih banyak orang yang masih salah mengartikan definisi dan tujuan dari humas. Ketika berbicara mengenai pengertian humas, maka tak akan jauh-jauh dari yang namanya ‘hubungan’ dan ‘citra.’ Karena tujuan dan fungsi humas adalah menjaga hubungan dan mempertahankan citra positif dari publiknya. Mulai dari hubungan dengan publik internalnya itu sendiri yaitu anggota atau karyawan, pimpinan, stakeholder (pemangku kepentingan) sampai publik eksternalnya yaitu masyarakat, media, pemerintah, pesaing, pemasok, dan komunitas.  


Jadi pengertian Hubungan Masyarakat a.k.a Public Relations (PR) adalah seni untuk menciptakan pengertian public yang lebih baik, yang dapat mempertahankan kepercayaan public terhadap organisasinya dengan cara membina hubungan. 
Dengan tugas yang cukup berat dalam mempertahankan reputasi perusahaan, membantu perencanaan kelangsungan hidup suatu organisasi, dan menjaga hubungan dengan publik-publiknya yang punya berbagai kepentingan, seorang PR juga harus memiliki kriteria kualitas diri sebagai berikut:

1. Kemampuan bergaul atau membina relasi hubungan. Dalam kata lain PR harus mampu menghadapi orang dengan beraneka ragam karakter dengan baik . Point ini seakan memberikanku teguran. Aku harus mulai belajar menyesuaikan diri menghadapi berbagai macam karater orang apapun situasinya. Karena pekerjaan PR berhubungan dengan banyak pihak yang memiliki beragam kepentingan, jadi kemampuan membina hubungan sangat diperlukan. Jauh melebihi itu, kesabaran juga sangat dibutuhkan untuk mempertahankan hubungan.   Shofia yang karakternya sanguin-melankolis harus bisa menjadi seorang yang calm and dinamistic terhadap situasi apapun dan karakter publik apapun yang ditemui. Seorang praktisi professional PR tak boleh baper-bawa perasaan, melainkan baper-bawa perubahan :)

2. Mampu berkomunikasi dengan baik, menjelaskan segala sesuatu dengan lisan dan tulisan secara jelas dan lugas.  Selain melalui komunikasi lisan dan tulisan, PR juga mampu menjelaskan sesuatu dari komunikasi visual (melalui gambar diagram atau foto-foto). Dosen mengatakan bahwa pekerjaan PR dibutuhkan keterampilan menulis 70%, sedangkan 30%nya adalah keterampilan bentuk komunikasi lainnya. Hindari berbicara dengan cepat pada saat komunikasi lisan. Harus memakai pembendaharaan kata yang tepat agar komunikan mudah mengerti pesan yang dimaksud komunikator.
3. Pandai mengoorganisir segala sesuatu Praktisi PR .harus aktif dan cekatan dalam kerjanya, terlebih saat perusahaan atau organisasinya mengalami krisis. Posisi ideal seorang praktisi Humas adalah dibawah langsung top executive pihak manajemen atau CEO. PR tidak hanya mengurus media publikasi dan citra, namun menjaga kestabilisasi perusahaan, kinerja anggota, jalur komunikasi internal maupun eksternal perusahaan dan mengontrol progress masing-masing department. Jadi mungking ini salah satu jiwa kehumasan shofia, kadang cenderung penasaran sama progress divisi lain :D
4. Memiliki integritas personal baik profesi maupun kehidupan pribadi. Dari semua kriteria, menurut shofia kriteria ini yang paling canggih. Integritas atau kejujuran ini memang sangat penting. Dibutuhkan baik sebagai kita professional praktisi PR, maupun sebagai reputasi diri kita sendiri dalam kehidupan pribadi. Tidak boleh inkonsisten kalau soal kejujuran, apalagi menyangkut dunis profesi. Integritas kehidupan pribadi akan mencerminkan kualitas diri dalam dunia profesi.
5. Punya imajinatif dan daya kreatif yang tinggi. Kemampuan kreativitas dan imajinatif ini dibuktikan Humas dalam membuat jurnal internal dan media publikasi untuk perusahaan. Kemampuan imajinatif inilah yang akan memvisualisasikan keinginan verbal dan non verbal khalayak sasaran humas. Kreatifitas humas ini yang nanti akan memberikan solusi-solusi menarik agar perusahaan dapat keluar dari masa krisinya.
6. Kemampuan mencari tahu. PR dituntun untuk memiliki akses informasi yang seluas-luasnya. Pekerjaan PR tidak hanya menjadi humas dari perusahaan penjualan pada satu produk atau satu jasa. Dan keterlibatan humas dalam berurusan dengan pers, pemerintah dan pemegang saham menuntut humas harus pintar dalam mengetahui segala hal dan bidang.

Kriteria kualitas diri humas diatas  menjadi bahan pembelajaran untuk shofia pribadi, sudah seberapa pantaskah diri ini untuk berkiprah di dunia kehumasan. Semester 4 di D3 bukanlah usia yang dini dalam memasuki dan memahami dunia kehumasan. Semester 4 ini super amazing such as; revisi paper tugas dari februari yang gak di ACC terus sama dosen, sebelum UTS ada acara tangis-menangis dulu karena tiba-tiba bentrok sama deadline revisian, juga tak ketinggalan buat 4 tugas seminar dari mata kuliah yang berbeda bulan Mei nanti. Di semester 5 nanti yang udah mulai bikin laporan PKL dan persiapan semester akhir nanti membuatku tak ingin berhenti berjuang barang semenit saja. Shofia sedang berjuang dan benar-benar mengetuk pintu Allah agar diberi kesempatan buat nyusun Tugas Akhir di semester 6.   
Pejuang TA semester 6
Buat kamu-kamu calon praktisi Humas di luar sana, yuk kita analisis seberapa jauh jiwa kita sudah menyatu terpatri  dalam jiwa kehumasan. Ingat kita adalah anak Humas. Kita itu pelopor komunikasi, jangan sampai ada distorsi pesan, jangan sampai relasimu dengan publik mengalami keretakan. Ayo tingkatkan lagi kemampuan membina hubungan, kemampuan berkomunikasi, daya imajinatif, perbaiki integritas, aktif dan keep curiousity.  Mari kita tingkatkan lagi citra positif diri kita di mata Allah juga di mata publik. Bukankah tugas Humas salah satunya mempertahankan reputasi? :) 

Rabu, 13 April 2016

Perencanaan. Problematika yang sejak dulu terjadi dalam meraih sebuah tujuan salah satunya adalah tidak bisa ‘merencanakan rencana dengan baik’. Tentu semua orang sudah memiliki rencana yang pasti dalam meraih tujuan yang dituju. Namun tidak semua rencana yang sudah ia rancang dapat berjalan dengan baik. Salah satu penyebabnya adalah kurang memahami dengan baik situasi yang terjadi saat ini dan kedepannya. Penyebab lainnya adalah strategi atas rencananya kurang mendetail. Karenanya akan mendapatkan banyak ancaman yang berbahaya, jikalau kita tidak memikirkan apa saja peluang dan detail dari strategi yang sudah kita rencanakan.
Dalam bukunya PR Smith ‘Marketing Communications’ dijelaskan bahwa ‘SOSTAC can in fact be applied to any kind of plan- corporate, marketing, marketing communications, direct mail or even a personal plan.  
SOSTAC, adalah pendekatan sederhana untuk membangun sebuah perencanaan dengan baik yang diiringi oleh pemahaman situasi, tujuan, strategi, taktik dan monitoring.     
Sederhananya SOSTAC adalah sebuah trobosan perencanaan yang dapat diaplikasikan untuk perencanaan apapun. Perencanaan di perusahaan, pemasaran atau bisnis dan bahkan bisa diaplikasikan pada rencanca pribadi kita untuk masa depan, misalnya. Sebut saja ini tips and trick dalam membuat rencana dengan baik.

sumber
        S – Situation Analysis (where are we now?)
Pada elemen situasi analisis ini kita diajak untuk menganalisa keadaan yang terjadi saat ini dan nanti. Dalam membuat perencanaan langkah paling awal adalah memahami situasi. Pada point ini biasanya dalam perencanaan dibutuhkan pengkategorian pihak-pihak yang terlibat. (Siapa pesaingnya, siapa channel distributornya). Selain itu juga dibutuhkan analisis SWOTnya, (kelebihan dan kelemahan pada produk serta kesempatan atau ancaman yang relevan produk atau organisasi tersebut. Situasi analisis ini dapat disesuaikan berdasarkan kasus yang terjadi pada perusahaan atau rekam jejak seseorang. Misalnya kita adalah seorang penjual, dengan sedemikian kelebihan dan sekian kelemahan.         
        O ­– Objective (where do we want to go?)  
Pada point selanjutnya adalah adalah tujuan atau target seperti apa yang ingin kita capai. Kemana arah yang ingin tuju. Hal ini disesuaikan berdasarkan kasus atau organisasi dan perusahaan tersebut. Misalnya jika kita adalah seorang penjual, kita ingin pelanggan banyak yang membeli produk kita sehingga kita akan mendapat banyak keuntungan.
      S ­– Strategy (how do we get there?)
Strategi adalah langkah umum untuk mencapai tujuan kita. Mengambil contoh sebelumnya; agar pelanggan kita banyak berarti kita harus memuaskan pelanggan kita.
      T­ – Tactics (the details of strategy).
Kemudian ada taktik sebagai detail dari strategy atau langkah-langkah rinci dalam mencapai tujuan. Taktik dalam marketing communications merencanakan daftar apa yang akan terjadi dan berapa lama (penetapan deadline atau jangka waktu). Contoh melanjutkan point sebelumnya adalah, cara untuk memuaskan pelanggan adalah dengan memperbagus kualitas barang dan memperbanyak bonus pembelian.
      A ­– Action (putting the plans to work)
Aksi ini merupakan tindakan nyata dari taktik yang sudah kita rencanakan. Pada aksi inilah implementasinya
       C ­– Control (measurements, monitoring, reviewing and modifying)
Pada poin ini kita akan memonitoring apa yang yang sudah kita lakukan pada rencana kita. Pada bagian ini juga akan ada evaluating jika ada hal yang tidak sesuai. Dan contoh mengakhiri dari point sebelumnya adalah, kita harus menjaga hubungan dengan baik agar pelanggan tetap mengkonsumsi produk dari kita.
Perencanaan merupakan proses yang interaktif. Dan menurut para ahli yang sudah menggunakan trobosan perencanaan SOSTAC ini berpendapat bahwa SOSTAC adalah pendekatan paling bagus dan efektif untuk siapapun yang ingin berkembang maju dan lebih baik. Bahkan teori perencanaan SOSTAC ini sudah dicoba Marketing Director  dari Microsoft UK.  
Buat kamu-kamu yang punya rencana untuk tujuaapapun; rencana sederhana apalagi rencana besar, SOSTAC bisa jadi solusi yang ampuh. Jadi trobosan seperti apalagi yang bisa ‘merencanakan rencana dengan baik’ selain SOSTAC? :) 

sumber: Smith, PR, 1998, Marketing Communications London: Kogan Page