Jumat, 21 Oktober 2016

Umur 14-16 saya merasa tidak terlalu terbuka dengan orang tua. Diusia saya yang sekarang, saya merasa dulu di Umur saya 17-18 tahun saya mulai mencoba berontak dari hal-hal yang tidak orangtua saya bolehkan. Saya merasa terganggu apabila orangtua ngehubungin saya terus dan mengkhawatirkan hal-hal kecil. Umur 18 tahun saya merasa tidak bebas karena hal-hal kecil pun selalu dipermasalahkan dengan orangtua. Saya merasa umur 18 tahun adalah usia yang cukup dewasa untuk saya mengambil keputusan sendiri. Umur 18 tahun saya merasa cukup bisa dalam mengatur rutinitas dan hal-hal lainnya. Sedangkan pada usia 19 tahun saya sudah pasrah tidak mau ambil pusing dengan lagi-lagi ketidaksesuaian keinginan orangtua dengan keinginan saya sendiri. Dan di usia 20 tahunlah, saya baru tersadar betapa pentingnya peran orangtua bagi masa depan dunia dan akhirat saya. Mungkin ya dari dulu SMA sadar, namun tidak bisa menjelaskan secara rinci dan luas kenapa peran orangtua sangat penting untuk setiap anaknya.

Orangtua adalah madrasah pertama bagi setiap anak. The first role model bagi anak adalah orangtuanya. Di usia-usia saya sebelumnya entah kenapa saya belum percaya diri dan mampu 100% untuk menunjukkan kasih sayang dan rasa terimakasih saya kepada orangtua. Saya merasa di usia 20 tahun ini saya baru benar-benar full memberikan perhatian kepada mereka, mengikuti semua apa yang diinginkannya dan lain-lain.

Untuk ukuran mahasiswa yang jauh dari orangtuanya, dan pulang tiga atau dua minggu sekali, orangtua saya masih sangat perhatian di usia saya yang sudah mulai berkepala dua. Ketika dini hari, orangtua saya mengirim pesan singkat agar saya bangun shalat tahajud, dan masak nasi untuk sarapan. Di siang hari pun orangtua saya mengingatkan untuk segera makan siang, dan jangan sampai telat. Setelah saya pulang kuliah sekitar jam lima, ibu saya pun mengingatkan untuk membeli makan malam terlebih dahulu sebelum menuju kosan. Di semester 5 ini memang tugas dan system belajarnya benar-benar beda dari semester sebelumnya. Ya memang harus diwajari, karena semester 5 ini adalah semester terakhir saya kuliah efektif. Sehingga tugas dan dealine yang saya hadapi bener-bener dahsyat.Di awal semester 5 saat hecticnya bimbingan dan pengumpulan laporan PKL, selama semingu jadwal makan tidur dan istirahat saya sangat tidak teratur. Waktu saya sangat disita dengan ngerjain laporan PKL. Sampe pas akhir pekannya, saya jatuh sakit,. Gak ada makanan dan minuman yang bisa masuk ke perut. Dan betapa mulia hati kedua orangtua saya, mereka datang menjenguk di hari kedua saya sakit.

Beberapa kali memang saya seringkali jatuh sakit, akibat gak bisa kontrol makan dan tidur karena sibuknya kuliah. Fisik saya terbilang lemah, sehingga orangtua saya juga memberikan fasilitas dan materil yang memadai agar saya tetap sehat dan lancar kuliahnya. Entah mulai sejak kapan, saya sudah sering menanyakan kegiatan sehari-hari orang tua saya. Usia 18 tahun awal masuk kost, ibu saya rajin banget sms saya sekedar mengingatkan hal-hal kecil seperti kunci pintu kosan. Jaman semester satu, ibu saya juga masih rajin nganterin saya balik ke kosan kalau akhir pekan saya pulang ke rumah. Dan saya menyesal kenapa dulu saya tidak memberikan perhatian full ke orangtua. Yang saya tanyakan cukup sekedar kabar kesehatan dan kondisi di rumah. Saya ga nanyain ibu sedang apa, sudah makan apa belum, atau lagi ada di mana.

My Half

Saya paham hal-hal yang tidak kita inginkan bisa saja terjadi pada saya ataupun pada orangtua saya. Tidak ada yang tau perihal waktu kapan salah satu dari kami mengakhiri petualangan di dunia. Di usia 18 tahun kebawah saya sama sekali tidak terlintas dan tersadar, bahwa kapan aja kita bisa dihadapkan dengan kondisi kehilangan orangtua atau berakhirnya hidup diri saya sendiri. Dan mulai usia 19 tahun, gatau kenapa saya mulai membayangkan bagaimana hidup saya nanti dengan ketiadaan orangtua. Sebagai anak pertama, sekarang orangtua lebih banyak diskusi atau bercerita kepada saya. Dalam beberapa hal yang berkaitan dengan kedua adik saya, orangtua mulai menitipkan dan mempercayakan saya untuk mulai membantu mengurusi adik-adik. Adik saya yang pertama baru masuk kuliah arsitektur di Semarang. Dan adik saya yang kedua duduk dibangku SMP kelas 2. Saya rasa, saya terlambat. Baru di usia menjelang awal 21 tahun, saya memberikan 100 persen perhatian saya kepada orangtua dan adik-adik. Setiap dua atau tiga hari sekali, saya selalu menanyakan kabar adik saya. Sedang sibuk ngejain tugas apa. Lagi dimana, ada makanan gak di kosan.

Ya mungkin di luar sana pasti sudah memahami kewajiban seorang anak kepada orangtuanya harus bagaimana. Seusia sekitar 20 tahun keatas, kita sedang sibuk-sibuknya dengan aktivitas hidup kita yang semakin seru dan menantang. Kita sedang senang bertemu dengan banyak orang, bergaul dan menikmati masa muda kita bersama teman-teman. Tapi saya harap temen-temen selalu ingat, bahwasanya bisa membahagiakan orangtua adalah perasaan yang gak bisa digantikan dengan apapun. Selalu mendoakan dan memberikan yang terbaik adalah kewajiban kita. Barang atau rumah semahal apapun tidak akan sebanding dengan kasih sayang dan perjuangan jihad yang orangtua berikan kepada kita. Semahal apapun pemakaman yang kita berikan tidak akan mempengaruhi, kalau beliau sudah tidak ada nanti. Waktu kita sebenarnya banyak, namun kadang kita tidak bisa memanfaatkan waktu untuk selalu membahagiakan orangtua.

Allah telah menjelaskan di dalam Alqur’an Al-isra ayat 23: Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang diantara keduanya sampai usia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.

Maka dari itu, buatlah mereka bahagia, sesekali jangan buat keduanya menangis. Mendoakan mereka adalah satu hal yang tidak pernah terlewatkan dalam barisan doa setiap sujud kita. Buatlah orangtua sangat bangga dan bersyukur telah mempunyai anak seperti kita. Berikanlah yang terbaik untuk keduanya. Sayangilah orangtua seperti mereka menyayangi kita di waktu kecil. Ridho Allah adalah ridho orangtua. Surga adalah di telapak kaki ibu. Amalkanlah dan hafalkanlah al-quran agar bisa memberikan mahkota kepada keduanya di akhirat nanti. Semoga kita selalu termasuk golongan yang beriman kepadaNya, dan taat kepada orangtua. Aaamiin ya rabbal alamin.