Minggu, 26 Februari 2017

Maimunnah dalam kesendiriannya
  Diakhir zaman seperti sekarang, banyak kawla muda yang sering sedih dengan status 'Single'nya. Perkembangan pergaulan zaman sekarang membuat kebanyakan remaja dengan berbagai latarbelakang memiliki keinginan untuk mempunyai kekasih. Katanya sih guna menghilangkan kesendiriannya, membahagiakan hidupnya dan menemani kesehariannya. Tapi, apakah menjadi 'Single' adalah sebuah pilihan hidup yang buruk? Penasaran kan apa jawaban mereka. Simak berikut jawaban wanita-wanita single yang nyaman kesendiriannya. Ohya nama-nama yang ada dibawah ini hanyalah nama samaran. Bukan nama sesungguhnya. Silahkan menikmati :)
Apa di benakmu kalo mendengar kata single?  
Rani: Belum menikah
Aisyah: Jomblo. Yang suka doain ujan pas malem minggu, jomblo ngenes sih itu.
Mbak Kirana: Single itu satu, satu itu sendiri, sendiri sepi. Ah ga juga kok :))
Maimunnah: Single itu bukan sendiri. Single itu bareng keluarga dan saudara. Single itu bisa berduaan sama Allah (:
Dinda: Kata yang bisa digunakan para jomblo untuk membela diri dan menyebut dirinya single biar lebih keliatan elegan

Kamu merasa hidupmu dipenuhi dengan kesendirian?

Rani: Tidak. Allah selalu bersamaku
Aisyah: Enggaklah, kan punya temen, sahabat, saudara, keluarga, dan Allah sih pastinya eaa
Mbak Kirana: Emng kalo dalam hidup ada 1 pria yg selalu ngisi hari2 kita, akan beda rasanya? Aku punya banyak sahabat kok :))
Maimunnah: Tidak. Karena kemana2 ada malaikat kanan kiri.
Dinda: Engaa doong, ada banyak orang di sekitar kita yang selalu membuat tersenyum dan menangis seperti, orang tua, keluarga, sahabat, dan ada banyak hal yg di lakukan.

Tapi pernah ngerasain punya pasangan, a.k.a kekasih?

Rani: Pernah
Aisyah: Pernah
Mbak Kirana: Pernah.
Maimunnah: Belum. Nanti aja setelah "Sah"
Dinda: Pernah. Beberapa tahun lalu, udah lama banget

Apa yang kamu rasain pas punya pasangan? Lebih bahagia atau lebih sedih dibandingkan saat kamu sendiri?

Rani: Lebih bahagia sendiri
Aisyah: Kalo sedih atau senengnya sih sm aja gak ada bedanya, tapi sedihnya org pacaran ga mutu banget gak sih? Alay aja sekarang klo ingetnya. Kalo yang d rasa pas punya pasangan sih was was ya takut org tua tau
Mbak Kirana: Biasa aja si, karna waktu itu pacarannya cuma main-main doaang, ntah kalo serius(?)
Maimunnah: Kayaknya ribet, semua harus dibagi~
Dinda: Jika kita punya pasangan kita mempunyai kebahagiaan tersendiri dan rasa kesedihan bahkan marah, sedangkan dengan status single kita mempunyai rasa bahagia yang berbeda, kesedihan yg berbeda pula. Bahkan terkadang adakalanya merasa lebih bahagia jika kita sendiri

Pernah merasa sedih gak dengan 'ke-single-an' yang kamu jalanin?

Rani: Ngga sih. Keep husnudzon with Allah
Aisyah: Pernah sih kalo lagi sendirian di kontrakan karena anak2nya pada malem mingguan. Untungnya masih bs main hape, nonton youtube jadi udah terhibur lagi
Mbak Kirana: Pernah sih. Kadang ngerasa pengen punya pacar biar ada yg bisa diajakan jalan2 berdua tanpa takut ada org lain yg marah, pernah merasa ingin ada yg merhatiin juga, ngelindungin, bikin kita jadi spesial deh pokoknya
Maimunnah:  Pernah sih. Makanya berusaha menyibukkan diri untuk kebaikan, kalo ngga bisa2 terjerumus dalam hal 'kotor' itu
Dinda: Sedih sih engga. Paling ada rasa "Ah gue pengen deh punya pacar" tapi setelah dipikir2 hanya sekedar keinginan yg ga mau di wujudin aja 

Suka iri gak sama orang-orang yang punya pasangan?

Rani: Ngga sih. Sendiri lebih baik
Aisyah: Kadang. Apalagi klo malem2 liat temen gue suka dapet makanan gitu dari pacarnya, tp abis itu biasa lagi, kan gue kedapetan makanannya juga wkwk. Atau pas lagi dirayain ultah, tp gue kan punya temen yg suka ngerayain ultah gue juga, jd ga ngiri lagi
Mbak Kirana: Kadang2. Karna ngerasa kita gabisa kaya mereka. Cuma yaaa kalo diratapin terus ga akan ada habisnya :"
Maimunnah: Enggak sama yg belum halal mah~
Dinda: Iri sama beberapa pasangan sih, apalagi pasangan yang kemungkinan itu jodohnya dia dan udah persiapan mau nikah 😔

Apa yang kamu rasain dalam ke-single-an kamu? Pernah merasa terpuruk?

Rani: Biasa aja
Aisyah: Enggaklah, enak malah temenan sm siapa aja bisa.
Mbak Kirana: Terpuruk banget engga, cuma gimana ya? Kadang kalo lagi sendirian tuh suka mikir "coba punya cowo, pasti bla bla bla..."
Maimunnah: Jangan lebay ah
Dinda: Engga dong, karna pernah merasa terpuruk dikala pacaran jadi lebih bahagia dong kalau single haha 


Pendapat kamu apa buat generasi muda yang suka sedih dengan ke-single-annya?

Rani: Kalem. Allah punya waktu terbaik
Aisyah: Gausah alay deh. Doa aja yg banyak biar dipertepat jodohnya dan waktu
Mbak Kirana: Yaelah lu ga bakal mati, main aja yg jauh, cari banyak temen, nanti juga lupa sendiri kalo jomblo
Maimunnah: Sedih kenapa sih? Banyak orang yg butuh kebermanfaatan kita lho ;)
Dinda: Ngapain sedih sih, dengan single lo dapat melakukan hal2 yg mungkin gak lo dapet di masa pacaran, dengan menjadi single lo bisa mempersiapkan banyak hal untuk menjadi dewasa. Jalani aja selagi lu masih sendiri dan belum dikekang sama sidia "terutama bagi wanita yang kodratnya harus mengikuti suami"

Apa pesan kamu buat orang2 single di luar sana?

Rani: Fokus perbaiki diri aja dulu
Aisyah : Gausah sedih, gausah ngerasa gak laku, pacaran ga seenak yg di bayangin
Mbak Kirana: Lakuin yg terbaik ajaa biar dapet yg baik jugaa
Maimunnah: Nikmati masa sendiri, manfaatkan semaksimal mungkin. Apalagi buat calon ibu ;)
Dinda: Yuk berbenah diri, persiapkan diri menjadi lebih baik sehingga bisa menemukan pasangan yang ideal.
Kalau pesan kamu buat calon pasangan hidupmu kelak?

Rani: Jaga shalat dan Alqur'an
Aisyah: Belajar yg bener, sholatnya jgn pernah ditinggal, tahajud dhuha nya di tingkatin, sekarang sama2 usaha perbaikan diri dulu
Mbak Kirana: Di sini aku lagi berusaha untuk menjadi baik, semoga kamupun begitu :"
Maimunnah: Semangat selalu berbagi denganku 
Dinda: Jaga pandanganmu yaa dari hal2 yang nggak nggak, ttp jaga hatimu untuk cinta sejatimu


The conclution is many woman more happier than she have a couple. Disaat banyak wanita yang terpuruk dengan ke-single-annya, masih banyak juga wanita yang berprinsip untuk tidak mempunyai pasangan sampai 'saatnya' nanti. Status 'Jomblo Sampai Halal' yang disandang membuat mereka percaya bahwa seseorang yang baik untuk pasangan yang baik pula. Berbenah dan meningkatkan kualitas diri menjadi pilihan terbaik untuk para kaum single. 

Selain karena dilarang dalam islam pada surat Al-isra ayat 32 yang berbunyi: Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk, ketidak-single-an/pacaran termasuk juga hubungan tanpa status adalah hal yang berdampak negatif untuk studi kita, perilaku keseharian kita, dan tentunya mempengaruhi ketaatan kita pada Allah juga orangtua. Wajar bila setiap orang mempunyai kisah masalalu dengan seseorang lawan jenis yang ia kasihi. Tetapi yang terpenting adalah pilihan hidupnya yang sekarang, yang menjadikan status 'single' ialah bukti ketaqwaan dan kecintaannya terhadap sang pencipta. 


By the way buat yang (lagi) gak single, apa kalian yakin bahagia bersama kekasih kalian dengan menjalakankan larangan yang maha kuasa?

Jumat, 24 Februari 2017

Hijrahku di Berlin.
Oleh Shofiyah Najiyah

Pstt jangan tanya siapa modelnya ehe
Kulangkahkan kaki menyusuri pertokoan Kottbusser Tor. Kurapihkan sedikit hijab yang sudah setahun ini menemani hidupku di Jerman. Kottbusser tor adalah bagian dari Kreuzberg Jerman. Daerah ini banyak ditempati oleh orang turki dan arab. Jadi tidak heran di sebelah kanan dan kiri jalan banyak terdapat kafe-kafe halal.

Kakiku berhenti di depan toko makanan arab. Membaca menu-menu baru di depan toko kebab. Tiba tiba aku mendengar ada yg memberikan salam dari belakang. Reflek aku menjawabnya dan menengok ke belakang.  Seorang ibu-ibu yang sepertinya asal turki menyalami dua perempuan di hadapannya. Rupanya Ibu tersebut hanya menyalami perempuan yang memakai hijab.

"Wo komms du her?"
"Ich komme aus Malaysia." Muka ibu itu terlihat sumringah. Tak hanya disalami, wanita berhijab itu juga hendak dipeluknya.
"Ahh Malaysia. Was machst du?"
"Ich bin eine studierende."

Ibu asal turki tersebut hanya tersenyum dan mengangguk kecil ke arah perempuan yang tidak memakai hijab.
Kejadian tersebut sama persis dengan kejadian yang pernah ku alami. Saat jalan berdua teman yang memakai hijab, mereka, orang-orang turki di Jerman hanya menyalami temanku yang memakai hijab. Mereka tidak memberikan salam kepadaku. Mungkin hal itu tidak akan terjadi, jika waktu itu saya memakai jilbab juga. Karena dia pasti tidak mengetahui jika saya seorang muslim. Betapa indahnya islam. Diberi salam oleh orang-orang yang berbeda negara dengan kami, tapi ternyata kami bersaudara.

Dari Kottbusser Tor aku menaiki U-Bahn menuju jembatan dekat Der Fernsehturm yang dulu sering aku kunjungi.  Berlin di sore hari memang memukau. Dan menikmati matahari terbenam di Jerman diatas jembatan ini adalah hal yang suatu saat nanti akan kurindukan bila tidak tinggal di Jerman lagi. Bagiku jembatan ini adalah jembatan kenangan. Jembatan yang menjadi saksi bisu berakhirnya kisahku dengan seorang mahasiswa kedokteran asal Indonesia yang tinggal di Hamburg.

"Bist du Diana?" Aku mengangguk.
Hari pertama aku mengenakan hijab dihadapan Paulus, ia sedikit terkejut. Diam melihatku dari ujung kaki sampai kepala. Saat itu pertama kalinya aku terserang grogi dan ketakutan yang amat dalam saat bertemu Paulus. Teman dekat yang menemaniku selama tiga tahun tinggal di Jerman kini merasa asing dihadapanku. Selama beberapa menit saat itu kita tenggelam dengan pikiran masing-masing.
"Wie geht es dir?"
"Mir geht es gut Paul."
Aku masih ingat saat itu aku sudah begitu yakin dengan pilihanku.
"Maafin saya ul. Ada banyak hal yang terjadi pada saya yang bikin saya sadar bahwa hidup itu bisa berakhir kapan aja. Dan saya ga bisa menunda keinginan saya lagi untuk berhijrah. Saya gabisa membayangkan hidup saya selanjutnya tanpa datangnya hidayah dari Allah."

Penjelasan saya waktu itu buat Paulus mengerti. Dinding keyakinan kita semakin terlihat jelas berbeda. Paulus menghormati keputusanku. Besar harapannya agar aku tetap bisa mengisi kehidupannya. Namun dengan segenap usahaku, aku menolaknya dengan halus. Senja saat itu terasa begitu sesak dan berbeda. Perpisahan yang menghasilkan pertemanan antara aku dengan Paul sebatas teman seperjuangan dari Indonesia di Jerman.

Sudah genap satu tahun rupanya. Dulu diatas jembatan ini sering kami habiskan waktu bersama. Menikmati senja, menemaninya mengamen dengan gitar kesayangannya atau sekedar menikmati suguhan musik dari pengamen lainnya. Butuh banyak perjuangan dalam menempati pijakan pilihanku yang sekarang. Aku tidak ingin agama yang menjadi keyakinanku hanya sebagai formalitas saat aku terlahir di dunia, saat menikah dan saat aku wafat nanti.

Hidup di Jerman membuatku banyak berpikir. Mendapatkan hidayah untuk berhijab. Meninggalkan Ikhtilat dan menjaga hubungan dengan lawan jenis. Bisa dikatakan bahwa mungkin dengan ketiadaan takdirku di Jerman, aku belum mendapatkan esensi dalam beragama itu sendiri. Menengadah ke langit, aku berharap segala hal yang aku pilih adalah yang sesuai dengan koridorNya. Dan tentu saja berpisah dengan orang yang kita sayangi bukan berarti berhenti mendoakan. Selalu kuselipkan do'a agar Paulus menjalani hidup yang lebih baik dan  diberikan Allah hidayah untuk memeluk apa yang kuyakini.

Terjemahan
Wo komms du her?: Where do you come from?
Ich komme aus Malaysia: i'm from Malaysia
Was machst du?: What do you for living?
Ich bin eine studierend: I'm a student here.
Bist du Diana?: Are you Diana?
Wie geht es dir?: kamu kenapa?
Mir geht es gut: aku baik2 aja kok

I know my germany still making mistakes. I just wanna trying some different chase. Opening suggestion everytime. By the way this flash fiction, i copied from Forsad's website. Auf Wiendersehen :)
Dimanakah dirimu saat kitab sucimu dinistakan? Islam adalah identitas yang sangat melekat jauh tidak hanya sampai kita wafat. Di negara manapun pijakan kaki berdiri, Al-Qur'an tetap menjadi kompasnya kehidupan umat islam. Kerealistisan tidak berlaku, jika syariat islam tidak ditegakkan, jika perihal aqidah yang jadi pertimbangan. Logika sudah bukan tolak ukur, jika Al-quran adalah harga akhirat. Segala macam bentuk kesuksesan duniawi, tidak bisa menjamin tujuan inti kehidupan. Sesunggguhnya di dunia inilah sedang kita bangun surga di akhirat. Karenanya, 4 November aku akan turun, sebagai bukti islam agamaku dan al-Quran pedoman hidupku. 
Kira-kira itu tadi yang aku tulis, beberapa hari menjelang Aksi bela Islam 4 November 2016. Keinginanku cukup besar untuk hadir di aksi tersebut. Aksi Bela Islam Jilid II yang menuntut si penista agama segera dipenjarakan. Hati dan aqidahku terusik, kitab suci Al-Quran yang kuhafal, yang berusaha kuamalkan, kitab pedoman hidup umat dilecehkan terang-terangan. Tapi hukum lamban untuk memproses keadilannya. Padahal sebagai bukti bahwa kita adalah bangsa beradab dan cinta damai, kita perlu menegakkan keadilan dan supremasi hukum.

Awalnya rasa sedih dan kesalku belum pada tingkatan saat ini. Namun hatiku tersentuh melihat postingan snapgram temenku yang dari Jogja berangkat aksi H-1. Kalo gasalah dalam postingannya itu, dia ngejelasin kalo dia ridha ikhlas apapun yang terjadi nanti pas aksi yang akan dijalaninya. Dia gak tau apa dia bisa balik lagi kembali ke Jogja setelah aksi ini. Yang dia tau, dia balik ke Jakarta untuk membela agamanya, untuk menjadi mujahid di JalanNya.

 

Video tersebut diambil oleh temenku dari Forsad yang turun aksi. Seharusnya aku juga ada disitu menggelorakan takbir:') Teramat sedih, pada hari itu Jurusanku lagi akreditasi yang mengharuskan semua mahasiswa ikut serta. Dan pulangnya abis dzuhur mungkin sebenernya masih bisa, tapi temenku ngajak buat ngurus observasi dulu ke sebuah perusahaan. Sepulangnya aku hari itu, aku bersedih menangis tidak bisa ikut turun. Aku mau bela agamaku juga. Aku mau al-Quran yang kubela di dunia ini, bisa membelaku kelak diakhirat.

Setelah aksi bela islam Jilid II ini, alhamdulillah ada lagi Aksi Bela Islam Super Damai Jilid III hari Jumat 2 Desember 2016. Aksi yang terkenal dengan Aksi 212 ini buatku sangat istimewa. Kenapa? karena beretepatan dengan ulang tahunku yang ke 21 :")) Allah maha baik. Hari lahirku yang ke 21 dirayakan dengan doa bersama 7,4 juta umat muslim dari seluruh penjuru di Monas, Jakarta. Aksi yang bener-bener damai dan tentram, yang membuat banyak orang bergidik dengan kekuatan umat islam, supaya Hukum ditegakkan. Supaya Allah mengabulkan doa kami. Aksi yang bersejarah untuk kaum muslimin di Indonesia. Gak merusak tanaman. Gak ada sampah bertebaran. Semuanya dipungutuin sama peserta aksinya. Aksi yang dirahmati Allah karena hujan turun saat peserta aksi sedang menjalankan ibadah shalat jumat.Ya Allah aku juga mau bagian dari mereka :')

Yang lebih bikin aku terharu, adalah rombongan dari Ciamis yang jalan kaki ke lokasi aksi di Jakarta. YaAllah setiap langkah yang kita jalanin ke tempat sholat aja dinilai pahala olehMu. Sebesar apa pahala dan keikhlasan hambaMu yang kuat jalan kaki dari Ciamis ke Jakarta. HambaMu ini malu yaAllah, hamba yang tinggal juga di Jakarta belum bisa ikut juga ke aksi tersebut.
MENAKJUBKAN !!! Video Pemandangan Udara 7 Juta Orang Aksi 212 di Monas!
Sumber disini

Lagi-lagi Aku tidak bisa ikut aksi karena kuliahku yang absennya sudah diujung tanduk. Sedih sih, tapi yaa mau gimana lagi. Di aksi 212 ini, alhamdulillah Umiku bisa ikut turun menjadi bagian dari mereka. Sempet terlintas di pikiranku, nanti kalau aku sudah jadi seorang ibu nanti. Lalu anakku bertanya kepadaku. Sedang dimanakah Ibu saat Aksi bersejarah itu terjadi? Aku malu jika harus jujur karena aku sibuk dengan kuliahku. Sibuk dengan duniaku. Doaku, sebelum wafatku Allah mengizinkan aku untuk turun ke medan juang dalam membela agama dan KitabNya.

Alhamdulillah Allah mengabulkan do'aku. Aku ikut Aksi doa bersama di Masjid Al-Istiqlal, hari Sabtu tanggal 11 Februari 2017, atau yang sering dikenal dengan kode Aksi 112. Karena dari Forsad gak turun secara formal bersama-sama, aku ikut serta bersama rombongan ibu-ibu ODOJ. Paginya, aku sempet galau karena di Jakarta paginya hujan cukup deras. Karena dari Rawamangun aku berangkat sendiri, jadi aku harus memesan Transportasi Online biar gampang kesananya. Sedihnya, tak ada satupun driver yang mau menerima pesananku:( Sampai akhirnya terimakasih Bapak Jamal Mu'minin telah mengantar saya ke area sekitar aksi di Al-Istiqlal.

Di jalan aku terharu dengan cerita Bapak Jamal yang tinggal di Kampung Melayu ini. Ternyata anaknya Pak Jamal yang masih SMP juga ikut aksi 112. Bahkan udah menginap dari semalem di Masjid Al-Istiqlal. Pak Jamal di jalan sedikit mengungkapkan kemarahannya dengan si penista agama. Kalo gak salah dia bilang Lihat Mbak, hujan ini rahmat dari Allah. Hujan yang Allah turunkan menjadi berkah bagi peserta aksi hari ini. Dahsyat ya mbak umat islam itu. Hari ini umat islam berkumpul lagi membela al-maidah ayat 51. Anak saya aja ikut aksi.

Belum sampai si lokasi, aku harus pakai jas hujan karena hujannya makin lebat. Sampai daerah Pasar Senen, aku ngelewatin peserta aksi juga yang lagi jalan kaki ke Istiqlal. Aku liat anak kecil juga ikutan aksi ditemani orangtuanya. Derasnya hujan tak menyurutkan mereka dalam menggelorakan takbir kepada Allah. Saat itu juga air mataku berlinangan seiring dengan percakapan bersama Pak Jamal. Ya Allah Permudahkan langkah kami berjuang di jalanMu.
Di depan Masjid Al-Istiqlal
Sesampainya aku di depan Majid Ail-istiqlal, kawasan daerah Al-istiqlal sudah dipadati oleh para peserta aksi. Tentu aku sangat senang dan penuh haru. YaAllah akhirnya hambaMu ini bisa menjadi bagian dari mereka, mujahid dan mujahidah yang membela agama, al-quran dan ulama. Berjalan menuju pintu al-fattah dan berakhir berdzikir di dekat kali. Ya disitulah tempatku, akhirnya memanjatkan sholawat dan dzikirku kepadaNya. Tausyiah yang para habaib dan ulama sampaikan membuatku tak sedikit menitikkan air mata.

Benar yang disampaikan teman-teman dan yang ada si sosial media, para peserta aksi datang tidak diinisiasi oleh partai-partai politik. Aksi yang selama ini dilakukan oleh umat islam, bukan perihal pilkada atau politisasi. Para peserta aksi pure murni ingin membela agama dan alquran. Kulihat raut-raut ketulusan mereka. Senyum yang mereka lemparkan satu sama lain. Kami hanya ingin hukum ditegakkan seadil-adilnya. Kalian bilang pasukan nasi bungkus? siapa yang rela mengobarkan hartanya unttuk membiayai jutaan umat untuk turun. Bahkan di aksi 212 dan 112, uang pun sudah tidak ada nilainya. Makanan dan minumann dibagikan secara gratis. Banyak orang muslimin yang menginfakkan sebagian hartanya untuk aksi hari ini.

Sering aku temukan oknum-oknum lain, tak terkecuali oarng islam sendiri mengatakaan "masyarakat jakarta dan penegak hukum gk boleh di tekan begini terus, aktifitas warga Jakarta juga terganggu kali" atau "Alquran gk perlu dibela tong, urus diri sendiri aja pada belum becus malah bela2 alquran, MASIH PADA PUNYA DOSA KAN???" atau "Ente dari daerah yang nyampah naik bus kemari? dapet honor berape tong? jangan lupa bapa ibu di bagi2 ya, hehe"  Astagfirullah, kalau tak ada ilmu dan bukti mending jangan ngomong tong. Beropini juga mesti ada landasannya kali:(

Wahai saudaraku tidak selamanya kita mencari keuntungan lewat dunia, mengindahkan dunia dan mementingkan kepentingan duniawi. Kontribusi kita mengikuti aksi atau menyedekahkan harta kita untuk donasi aksi adalah salah satu cara untuk mengambil keuntungan di akhirat. Toh hidup di dunia ini cuma sebentar kok. Yang kekal kan hidup di akhirat. Sesungguhnya yang sedang kita bangun adalah surga kita di akhirat. Buat apa dunia kita bikin indah dan megah, tapi amal kita hidup di dunia tidak bisa mengindahkan hidup kita nanti di akhirat. 

Dan disinilah kita membela surat Al-Maidah ayat 51. Mengapa kita harus membela agama dan kitabNya? Bukankah Allah maha besar dan penuh kuasa atas segala sesuatu? justru itu Allah maha kuasa untuk membolak-balikkan dunia ini. Allah ingin menguji kita sebagai hambaNya, seperti yang dikatakan Allah dalam kitab suciNya:
ÙŠَا Ø£َÙŠُّÙ‡َا الَّØ°ِينَ Ø¢َÙ…َÙ†ُوا Ø¥ِÙ†ْ تَÙ†ْصُرُوا اللَّÙ‡َ ÙŠَÙ†ْصُرْÙƒُÙ…ْ ÙˆَÙŠُØ«َبِّتْ Ø£َÙ‚ْدَامَÙƒُÙ…ْ
"Hai orang-orang mu'min, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukannya."
Ya Allah semoga apa yang umat islam lakukan pada aksi 411, 212, 112 dan aksi apapun yang diniatkan untuk membela agama dan kitabMu, dapat menjadi saksi di akhirat kelak terlebih untuk HambaMu yang hina ini. Inilah bukti real kami mencintai dan tulus membela agamaMu. Kami hambaMu datang insyaAllah selalu berkumpul dalam ketaatan. Tidak ada yang paling bernilai di dunia ini dibanding keridhoan Allah kepada kita. Matikanlah kami dalam Syahid di JalanMu. Engkaulah sebenar-benarnya pelindung dan pembela.

Check it her blog too!