Kamis, 12 April 2018


Selamat siang temen-temen. Apa kabar nih? Semoga selalu semangat terus yaa. Berdasarkan dua postingan sebelumnya, saya mau bahas sisi kehumasan yang ada di serial Drama The Publicist. Buat temen-temen yang belum baca review drama The Publicist buatan Viu Indonesia, yuk langsung di klik aja link disini yaa.

Tapi kita pendahuluan singkat dulu. Jadi The Publicist ini merupakan serial drama dari Viu Indonesia. Di sutradarai oleh Monty Tiwa dan dibintangi oleh Adipati Dolken, Prisia Nasution, Baim Wong, Poppy sovia dan Reza Nangin. Serial drama ini tayang di aplikasi Viu mulai November 2017. Drama ini menceritakan seorang Reynaldi (Adipati) aktor yang mengalami krisis kepercayaan publik karena tersandung skandal narkoba. Kemudian hadir seorang image consultant, Julia Tanjung (Prisia) yang diminta untuk membantu memperbaiki citra dan reputasi Reynaldi. Ada Robert Hanafi (Baim), pengusaha sukses sebagai teman lama Julia.  Well langsung aja saya akan review film ini berdasarkan sisi kehumasannya. Kalau dibikin jurnal atau karya ilmiah, mungkin judulnya gini 'Peran Humas Perbaiki Citra dalam Serial Drama Indonesia (Studi kasus Drama The Publicist dari VIU Indonesia).' Heheheh

1. Manfaatkan Digital Publicist.

Kata Mba Julia image building jaman sekarang itu erat kaitannnya dengan sosial media. Karena bagus untuk keberadaan di sosial media. Aneh sih disini Rey gak main sosial media sama sekali. Hampir gak realistis kalau seorang artis jaman now gak punya sosial media. Disini dijelaskan bahwa hal pertama yang harus dilakukan untuk memperbaiki citra ialah menggencarkan sosial media. Of course, all people now, social media adalah tempat terbaik untuk pencitraan.

Dalam penggunaannya pun disini konsultan Julia mengarahkan untuk menetapkan target sasaran berdasarkan karakteristik sifat yang sesuai. Media sosial dimanfaatkan tidak hanya menjelaskan siapa kita. Akan tetapi dapat dimanfaatkan untuk sarana edukasi. Untuk media pembelajaran. Saya pernah denger kata dosen saya, pekerjaan PR itu esensinya tentang mengedukasi publik. Sebab kalau untuk menciptakan citra positif semua orang juga bisa. Namun bagaimana yang dipublikasikan mengandung value-nya. Ada nilainya, jadi substasinya gak terkesan picisan. Seperti Rey yang mengunjungi tempat rehabilitas narkoba dan memberikan pencerahan serta motivasi kepada mereka. Kemudian asisten yang diminta Julia sebagai Digital Publicist untuk melakukan live streaming di akun instagramnya Rey.

2. Public Relations harus punya network yang luas

 Public Relations maupun image consultant harus punya banyak relasi. Meskipun fokusnya adalah mengembangkan dan mempertahankan mutu. Tapi bisa sia-sia kalau gak punya jaringan yang luas. Kalau menurut saya, soalnya humas itu bisa bekerja dalam industri atau bidang apapun. Jadi humas Bank minimal harus punya kenalan orang-orang yang berkecimpung dalam keuangan dan perbankan. Humas perfilman, harus punya jaringan Production House, sutradara dan aktor-aktor. Humas seorang aktor pun lebih luas lagi. Tidak hanya harus kenal orang-orang dalam industri entertaiment. Melainkan tahu pihak-pihak yang terlibat dalam dunia seni peran beserta isinya. Seperti Julia yang punya kenalan teater Lampu sebagai tempat unjuk bakat Rey sebagai aktor hebar.

3. Good media relations

Melibatkan media sangat penting dalam pembentukan citra. Seperti halnya Julia yang mengundang para wartawan dari berbagai media untuk memperlihatkan kehebatan Rey di teater setelah selesai dari rehabilitas. Tidak hanya pembuktian secara langsung, Julia pun memberikan penegasan bahwasanya Rey merupakan aktor dengan akting yang sungguh luar biasa. Tidak sekedar mengundang, dengan sopan secara lisan maupun tulisan, Julia juga menjamu media dengan makan malam yang telah dia sediakan. Guna menciptakan rasa nyaman media untuk melakukan wawancara lebih lanjut. Pasca acara tersebut Julia dengan team membaca pemberitaan yang berisi tentang Rey. Hal ini juga yang seorang humas lakukan yaitu, media monitoring. Untuk kemudian dianalisis dan dievaluasi apakah pemberitaan tersebut menimbulkan citra positif, negatif atau netral.

4. Make a good looking


Dalam hal apapun, kita semua paham kalau jika ingin menggapai hasil yang memuaskan maka pondasinya harus kuat dulu. Sama halnya dengan perspektif kehumasan, jika ingin publik seneng, tertarik sama produk atau jasa kita, kita harus bikin dulu kemasannya sebagus mungkin. Dalam hal ini kemasannya ialah penampilan Reynya. Julia merubah Rey agar lebih good looking. Julia merubah semua style Rey agar terlihat professional dan lebih kekinian. Professional image tentu sangat berpengaruh untuk membangun citra positif.

5. Image building bukan pembohongan publik

Meskipun seorang humas harus totalitas dalam pembentukan citra. Namun bukan sebuah pembenaran jika harus melakukan pembohongan kepada publik. Humas harus tetap bersikap jujur sekalipun harus mengakui kesalahan. Tapi jujurnya harus yang berkelas, dengan tidak menjatuhkan diri sendiri. Dalam drama ini, Javier asisten Rey melakukan pembohongan publik, yang mana Javier mengumumkan di social media kalau Rey adalah aktor pemain sebuah film bernama Java Raphsody. Padahal pada tahap itu, Rey masih masuk tahap mau audisi. Belum tentu lolos. Well, be honest is still number one. PR always striving to be absolute the best.

6. Press conference untuk klarifikasi

Press conference merupakan solusi paling awal jika perusahaan terkena masalah. Tentunya setelah planning yang matang, perusahaan harus segera buka pembicaraan di publik. Jika perusahaan menghindar, publik akan menilai perusahaan mengatasi konflik dengan gaya yang tidak kooperatif. Apapun situasinya PR perlu menciptakan situasi tenang, dan meredakan suasana konflik. Seperti yang dilakukan Julia, saat penangkapan Rey dari BNN yang kedua kalinya. Julia melakukan penolakan tuduhan narkoba serta memberikan pembuktian bahwa tuduhannya tidak valid.

Well yeah saya berasa lagi kuliah 3 SKS Manajemen Humas hahaha. Correct me if i wrong. Silahkan bila ada yang ingin menambahkan. Yang belum nonton, harus nonton banget kalau kalian tertarik mempelajari dunia kehumasan. Yaa minimal sampai episode delapanlah. Selebihnya konflik-konflik hubungan antar Rey, Julia sama Robert aja sih.

Oh iya postingan sebelumnya saya lupa kasih kekurangan dan kelebihan. Jadi kelebihannya buat saya, serial drama ini bagus banget dari sisi penokohan, alur dan sinematografi.  Kalau kekurangannya, saya bingung kenapa gak diceritain kemana keluarga Robert, Julia dan juga Rey. Cerita akan lebih lengkap dan terasa lebih realistis jika diceritakan sedikit secara historis perihal keluarga mereka. Soalnya Julia hanya menceritakan adeknya saja. Saya kasih nilai drama ini 8 dari 10. Terima kasih yang udah baca sampai habis wkwkwk. Sampai ketemu di postingan selanjutnyaa.

Senin, 09 April 2018


Selamat siang temen-temen. Jadi mulai Maret lalu saya udah mulai aktif kuliah lagi. Setelah 7 bulan vakum untuk kerja dan istirahat di rumah. To be honest, hari pertama saya kuliah diisi dengan rasa full of lazy, badmood abis dan perasaan lain-lainnya yang bikin saya jadi malas kuliah. Awalnya saya semangat untuk kuliah lagi karena hanya ingin mengejar title sarjana, berhubung yang tahun lalu baru wisuda diploma. Saya merasa iri dengan orang-orang yang bisa mencapai gelar sarjananya.

But guess what i get in my first day of collage?

Saya diingatkan lagi bahwa kalau hidup itu bukan tentang cepet-cepetan memasuki babak kehidupan. Like i said in another post. Life is learning and giving the best. And the best isn't always the fastest. Life is about how you gain achieve something that people can be proud of it. Kita lupa tentang hausnya ilmu kaya waktu kita masih TK. Bagaimana semangatnya kita ingin mempelajari hal baru. Kebanyakan dari kita tidak tumbuh curiosity. Bahkan cenderung memakai cara instan tanpa menikmati proses sebuah keberhasilan.

Dulu saya merasa kurang paham betul pentingnya pendidikan. Saya merasa saya harus kuliah karena untuk mewujudkan cita-cita orangtua memasukkan anaknya di Perguruan Tinggi Negri. Saya tertarik kuliah karena teman-teman saya pun pada kuliah. Saya semangat kuliah hanya sekedar ingin terbebas dari masa SMA, dan masuk ke dunia yang baru. Sampai-sampai saya semangat kuliah hanya biar kaya impian orang-orang. Lulus Tepat Waktu.

Saya tidak tahu apakah hanya saya yang merasakan, beratnya kuliah lagi. Hanya karena yang lalu baru sampai jenjang D3. Kemudian lanjut lagi kuliah 1,5 sampai 2 tahun lagi. Yang kalau dikalkulasikan saya butuh 5 tahun untuk mendapatkan gelar sarjana saya. Jadi yaa ketika orang-orang sudah bisa melanjutkan babak kehidupan lainnya. Saya masih stagnan disini. Masih kuliah. S1 pun. Sebut saja saya orang yang tidak bersyukur karena bisa kuliah lebih tinggi.

Sampai saya sadar bahwasanya keberhasilan pendidikan tidak bisa diukur dengan rentang waktu dan dibatas oleh tempat. Belajar pun bisa dimana saja. Bertemu dengan orang baru juga termasuk kategori belajar, jika substansi bermanfaat. Pendidikan yang bikin kita aware sama kondisi dan kejadian sekitar. Tidak hanya terpaku menjalani kehidupan pribadi semata. Pendidikan bener-bener melatih kita untuk berbicara dengan baik. Modal untuk kita bisa masuk ke dunia luar. Bagaimana kita mau diterima dengan baik, jika ilmu yang kita punya tidak sepadan dengan lawan bicara kita. Pendidikan membantu kita untuk bisa memanage waktu dengan baik dan mengaplikasikan ilmu yang kita punya ke dalam keseharian kita. Pendidikan pula yang bikin kita naik level dari berbagai macam hal. Tidak hanya gaya bicara, namun gaya kita duduk, mendengarkan, melihat dan berpenampilan menjadi representatif seberapa berpendidikannya kita. Dan hal-hal tersebut yang akan dipakai di dunia sesungguhnya dan dinilai oleh banyak orang.

Berangkat dari itu saya belajar untuk lebih menghasilkan karya dari ilmu yang saya punya. Saya jadi memikikan banyak studi kasus yang bisa dikaitkan dengan keilmuan yang saya dapat selama kuliah. Saya merasa punya ambisi untuk melakukan banyak hal, bahkan diluar keilmuan saya. Saya jadi berpikir, seseorang yang bisa menjalani fase kehidupan di usia muda belum tentu mempunyai bekal yang cukup kuat. Jadi misalnya belum ditakdirkan untuk lulus kuliah, bekerja, menikah, dan punya anak. Yuk kita galih ilmu sedalam-dalamnya. Kita create diri kita menjadi orang yang lebih berpendidikan. Jangan lelah menuntut ilmu, karena semua yang kita dapatkan pasti akan membawa manfaat. Jika boleh mengutip saya sepakat pada seseorang yang percaya kalau apa yang sekarang saya upayakan, saya korbankan akan setimpal dengan yang saya dapatkan nanti di masa depan. Atau mungkin malah lebih. Sebab untuk berkembang, untuk menjadi seseorang yang lebih baik untuk berguna pada bangsa, agama, terutama untuk kita sendiri, itu batu loncatannya harus jelas Yang temen-temen perlu inget juga adalah zona nyaman adalah jebakan. Kita harus bikin gebrakan untuk buktiin sebuah perubahan dalam diri kita. Yeah saya juga berusaha keras untuk no comvert zone. Well, demi masa depan bangsa, anak, cucu kita nanti, semangat terus yaa temen-temen dalam menempuh dunia pendidikan. Jangan lupa bersyukur hari ini :)