Jumat, 12 Juli 2019


Pagi ini gue mau truly curhat aja. Basi banget ya gue udah lama vakum gak ngeblog, dateng-dateng malah curhat haha. Gapapalah yaa, mohon maaf juga kalau berbelit-belit, tanda baca dll gak sesuai dengan eyd. Jadi mungkin ini adalah alasan kenapa gue gak posting-posting tulisan di blog ini. Gue prolog dulu jadi pertengahan 2018, di awal semester baru itu, gue orangnya semangat banget gak sabar buat ngejalanin perkuliahan di semester kedua. Saking bersemangatnya gue gak mau ada sampe ada hal-hal kecil yang kelewat. Apapun itu, mau itu dari segi pendidikan, kerjaan gue, pola hidup gue, bahkan gue juga bikin blog tracker untuk organize konten-konten apa aja yang mau gue posting di blog ini. Jadi buat mereminder hal-hal tersebut, semuanya gue catet di bullet journal gue. Yap enam bulan pertama (akhir 2018) sampai dua bulan pertama di tahun 2019 semuanya alhamdulillan berjalan lancar. IPK gue masih diatas 3,5. Gue masih ambisius untuk lulus 1,5 tahun. Gue sempro di bulan Februari 2019 ini.

Namun semuanya berubah sejak Maret 2019 ini. Ketika gue gak ada lagi harapan untuk lulus 1,5 tahun. Gak tau kenapa semuanya kaya ngerembet kemana-mana. Gue inget sejak bulan Maret, gue ngerasa gak punya semangat untuk kerja, kuliah, jalanin hidup. Yang gue lakuin hanyalah menjadi penonton kesuksesan orang-orang. Gue cuma jadi consumer keberhasilan orang-orang. Gue berasa jadi robot, yang yeah melakukan hal yang sama setiap harinya tanpa ada semangat dan gairah. Sebenernya hal tersebut somehow masih gue rasakan sampai gue nulis ini. Hanya gak separah dulu aja, yang bener-bener gak tau harus ngapain. Semuanya terasa menyedihkan. Ya gue jadi gampang sedih, ngerasa gagal jadi human being. Seringkali gue menyalahkan diri sendiri, mengkasihani diri sendiri. Yang disaat bersamaan gue merasa tertekan sama diri gue sendiri. Aneh ya gue ya. Kadang gue juga mikir, ini gue kesambet kali ya. Gue sama diri gue sendiri aja gak ngerti coy maunya apa. Impian yang selama ini tanampkan terasa tertutupi sama kabut kesedihan, kegalauan. Karir gue ngerasa mentok, rasanya dalam hati pengen ngamuk dan bilang 'WOY GUE MAU RESIGN.'

Alhamdulillahnya, kesedihan bak tak berkesudahan itu lumayan berkurang di bulan Ramadhan. Ya sebenernya sejak akhir April 2019 ya. Gue mulai take a chill ajalah. Terus awal Meinya kan masuk bulan puasa ya. Namun setelah lebaran usai, gue pun galau lagi sodara-sodaraa. Di bulan Juni ini gue totally sadar, kenapa gue belum juga menikah, kenapa gue belum juga dapet karir yang bagus, kenapa gue gak punya temen yang setia sama gue. Apa ya disaat gue galau kaya gini, gue kaya butuh temen yang gue gak perlu jelasin banyak-banyak alasan gue galau. Gue cuma butuh curhat sedikit dan support saran mereka aja. Jadi gue mulai mengakui kesalahan gue yang menyebabkan seperti ini, dan menoticed banget apa yang seharusnya gue lakukan. Meskipun sejak akhir bulan ramadhan itu, gue kaya mencollect lagu-lagu yang gue rasa, duh ini gue banget.

Berbekal perenungan panjang di bulan Juni tersebut, di bulan Juli ini gue mulai ngelakuin proses dalam pencapaian mimpi gue. Gue puas-puas-in meng explore apa yang mau gue capai, termasuk impian terpendam gue yang gue gak tau sebenernya masih bisa terwujud apa engga. Gue menganggap kegalauan gue beberapa bulan terakhir ini merupakan proses dari perbaikan gue sendiri.

1. Disaat itu mungkin gue lupa kalau rahmat Allah ke kita itu gak akan pernah berhenti, jadi sebetulnya gak ada alasan gue untuk bersedih lama-lama. Sadar atau engga, gue seperti mengabaikan kata Allahu ma'ana. Gue dzikir nih tapi gue dzikirnya  cuma di mulut, gak di hati, jadi lah gue sedih mulu. Padahal Allah kan udah bilang laa tahzan :') Jadi guys semua masalah solusi utamanya adalah relationship kita sama yang diatas. 

2. Konsep diri ini juga penting banget. You've to know who you are, knowing things you have to done and you have to know how to handle it. Jadi ketika ada sesuatu yang bikin lu down, you already know what should you do.

3. Waktu itu gue akuin, gue lupa akan khasiat dari kalimat 'man jadda wa jadda.' Ya lu kalau mau dapetin sesuatu harus struglle dulu. Lu mau karir lu bagus, rejeki lu bagus, emang usaha lu udah sampe mana neng? bisa dibilang gue kaya orang kebanyakan yang selalu menekankan keterbatasan gue untuk menjadi alasan sulit mewujudkan impian. Padahal usahanya ini kan dari yang sederhana dulu, yaitu pola hidup. Percuma kan lu passion misal di IT, tapi kerjanya cuma leyeh-leyeh di kasur. Cita-cita penghafal quran, tapi sepanjang harinya hp terus yang ada di genggaman. Lo banyak yang harus dikerjain, tapi gak manfaatin waktu dengan baik.

Intinya guys jangan menyerah. Selalu ada jalan menuju roma, selalu inget semua impian lo. Kalau perlu itu mimpi-mimpi lo bacain sebelum lo tidur dan saat bangun di pagi. Termasuk step by step untuk meraihnya. Kalau ada hal yang bikin down lagi, perkuat dengan dzikir, sholat dan sabar. Bukankah Allah udah bilang, washta'inu bisabri washolah. Emang nih kitanya aja yang batu. Nyari penghilang sedih dengan hiburan-hiburan yang gak jelas manfaatnya. Ini gue juga lagi ngomong ke diri sendiri yaa. Jadi gue amat sangat merekomendasikan tiga hal tersebut. Dzikir, Sabar, Sholat. Kalau masih sedih, dzikir lagi, dan pake hati atuh dzikirnya. Minta ampun sama Allah, mungkin kita kebanyakan dosa. Allah baik, pengen jadiin kesempatan ini biar kita jadi tambah deket sama Allah. Mungkin kitanya emang yang udah kelamaan, kejauhan, kenapa gak curhat aja sama Allah. Kenapa terlalu terlena sama lagu-lagu galau, (yang meskipun memang liriknya mewakili perasaan kita). Tapi hal tersebut bukanlah sebuah jalan keluar gengs. Jalan keluarnya ya yang tadi gue bilang. Lagian masalah lu seberat apa sih, sampe lu gak punya gairah untuk hidup. Kaki tangan penglihatan, pendengaran masih sehat. Keluarga juga sehat walafiat. Hahahaha aneh emang gue terlalu banyak insecure sama banyak hal.

So guys, Allah gak bakalan berhenti ngasih rahmatNya ke kita. Kitanya aja yang terlalu hopeless. Selalu deketin Allah. Allah mah gak akan ninggalin kita. Kitanya aja yang sering lalai mengingat Allah. The last one, Jangan putus asa, selalu perjuangin mimpi-mimpi lo. Selalu inget apa aja yang mau lo capai di dunia ini.

Minggu, 31 Maret 2019

Reza Rahadian memaknai Hari Film Nasional yang jatuh pada 30 Maret sebagai momen yang tepat dalam merayakan keberagaman film Indonesia. Reza Rahadian menjelaskan pangsa pasar film indonesia yang meningkat menandakan momentum kebangkitan film nasional. Peningkatan tersebut menunjukkan kenaikan minat masyarakat Indonesia terhadap film lokal yang tentunya tak lepas dari film yang berkualitas. Para pekerja film seperti para pemeran, sutradara, penulis skenario, para kru, editor, dan produser, menurutnya perlu mendapat apresiasi tinggi, sebab telah bekerja keras untuk menjaga dan meningkatkan kualitas film Indonesia. 
            Indonesia menempati posisi ke-8 di dunia sebagai negara dengan pangsa pasar film nasional yang cukup baik. Film Indonesia terbukti mampu meraih penghargaan tingkat internasional dan mengalami peningkatan pangsa pasar film lokal. Banyaknya film Indonesia yang telah diproduksi menjadi sebuah citra dari keberagaman Indonesia, mulai dari lokasi syuting, adegan, ide cerita hingga bahasa dalam dialog pengadeganannya. Banyak sineas film Indonesia yang mengambil setting penggambaran keelokan tanah air, luasnya nusantara, tradisi lokal dan makanan khas Indonesia.
Contohnya dari film Laskar Pelangi yang memperlihatkan dengan keindahan Pulau Belitung, pantai, hutan serta pasar-pasar tradisional mendadak ramai pengunjung setelah filmnya sukses mencuri perhatian masyarakat. Bahkan dibuka trip travel dengan nama wisata Laskar Pelangi untuk para wisatawan. Film yang tembus box office Indonesia peringkat ke-4 dengan 4,7 juta penonton ini mendapatkan penghargaan Asian Film Awards, Hong Kong dalam kategori Best Film dan Best Editor. Film tersebut merupakan karya kolaborasi produser Mira Lesmana dan sutradara Riri Riza.
Diproduksi oleh sineas yang sama, tahun 2016 film Ada Apa Dengan Cinta (AADC) 2 yang merupakan sekuel dari AADC tahun 2008, menampilkan wisata-wisata menarik yang ada di Yogyakarta. Film yang menduduki peringkat ke-6 film box office Indonesia dengan total 3.6 juta penonton ini melakukan banyak adegan di tempat wisata seperti Punthuk Setumbu, Istana Ratu Boko, Pantai Parangtritis, juga wisata sejarah Makam Panembahan Senopati. Tahun 2012 melalui film 5 CM, berhasil menggaet anak muda yang tertarik naik gunung dan melihat langsung panorama Gunung Semeru yang menakjubkan. Dalam film tersebut menggambarkan keindahan Oro-oro Ombo, Ranu Kumbolo dan Ranu Pane. 5 CM mendapatkan banyak penghargaan nasional, salah satunya dari Festival Film Bandung (FFB) 2013 kategori Film Terpuji.
Nominasi Film Panjang Terbaik Festival Film Indonesia (FFI) 2018 diramaikan berbagai film yang merepresentasikan budaya di wilayah Indonesia. Film Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak yang rilis tahun 2017 menyuguhkan eksotisme padang Sabana di daerah Sumba, Nusa Tenggara Timur. Film tersebut sukses mendapatkan banyak penghargaan nasional maupun internasional, dua diantaranya ialah sebagai Film Terbaik Asian Nest Wave dari The QCinema Film Festival, Filipina dan pemenang Fim Terbaik di FFI 2018. Tayang tahun 2018, Film Aruna dan Lidahnya menyoroti kehidupan masyarakat Pontianak dan singkawang di Kalimantan Barat. Film yang mendapat penghargaan Sinematografi Terbaik di Festival Film Asia Jogja-NETPAC berhasil menggiurkan lidah penonton dengan memamerkan 21 makanan lokal khas Indonesia. Lima diantaranya yaitu rawon iga, kacang kowa, campor lorjuk, pengkang dan choi pan.
Nominasi FFI 2018 lainnya jatuh pada Film Sekala Niskala yang pernah menyabet kemenangan dalam nominasi Grand Prize di Tokyo FILMeX International Film Festival 2017, dilatarbelakangi dari tradisi kepercayaan masyarakat Bali dan menggunakan bahasa penduduk pulau Dewata. Kemudian dari pemenang Film Terbaik pada FFI 2016, film Athirah mengisahkan drama keluarga Indonesia yang mengangkat budaya Bugis Makassar yang memikat.  
Keterlibatan ciri khas Indonesia dan keindahan alamnya yang dihadirkan pada film-film tersebut menjadi sebuah citra keberagaman Indonesia. Sebuah film tidak sekedar berbicara mengenai bagaimana estetika filmnya, atau bercerita melalui genre komedi, drama, horor ataupun action. Sebuah film dengan apapun genrenya, dapat mewakili karakter suatu bangsa. Film dengan kekuatan sinematografi dapat memperkenalkan keberagaman yang dimiliki Indonesia melalui tempat wisata, kekayaan kuliner, dan bahasa-bahasa daerah. Film Indonesia dapat mempromosikan dan mengangkat pariwisata sebuah daerah. Secara tidak langsung penonton film dapat menikmati jelajah keindahan nusantara. Karenanya, esensi film lebih dari sekedar menghibur dan mengedukasi. Mari mengapresiasi film-film lokal dengan menonton langsung di bioskop-bioskop kesayanganmu.
 Selamat Hari Film Nasional, 30 Maret 2019. Jaya Perfilman Indonesia!